Ruang Sederhana Berbagi

Rabu, November 09, 2016

Inspirasi Guru Kreatif Ala Master Shifu Yang Perlu Kita Contoh

"Po, wait. What goes on inside your head I do not always understand. But what goes on in your heart will never let us down" Master Shifu

Dalam film Kungfu Panda, ada sosok guru yang sangat inspiratif menurut saya. Di awali dari sosok guru Master Oogway yang mampu melihat lebih dalam kemampuan Po yang tidak dilihat oleh orang lain. Master Oogway menepis semua keraguan dari luar tentang sosok calon Pendekar Naga. Master Oogway tidak melihat tampilan luar Po yang berbadan besar, cepat merasa lelah, bergerak tidak taktis, bukan pendekar kungfu ideal yang sudah menguasai ilmu sebelumnya, dan segala keraguan atas diri Po.
Inspirasi Guru Kreatif Ala Master Shifu Yang Perlu Kita Contoh
Keraguan pemilihan Po sebagai calon Pendekar Naga ini muncul juga dari dalam diri Master Shifu. Ia tak habis pikir ketika Master Oogway menunjukan bahwa Po adalah calon Pendekar Naga. Berkali-kali ia meyakinkan jika Po adalah pilihan yang salah tapi Master Oogway yakin dengan pilihannya. Master Shifu yang sudah sangat percaya dengan kemampuan mumpuni dari Master Oogway tidak bisa mengelak.
Di sinilah petualangan guru dan murid dimulai, Master Shifu harus mengajarkan kungfu yang tepat kepada muridnya yang secara penampilan luar tidak menunjukan sosok sebagai pendekar. Berkali-kali ia menggunakan cara yang ia lakukan kepada murid-muridnya. Ia merasa satu-satunya cara mengajarkan ilmu kungfu yang tepat adalah dengan metode yang ia sudah lakukan sebelumnya. Sebanyak itu pula ia mengalami kegagalan. Po, berbeda! Po bukan Pendekar Kungfu sebelumnya.
Po hanya seorang anak pungut dari pedagang mie, bakpau, dimsum, cokelat cake, teh hijau, dan semua jenis makanan lainnya. Di kepalanya hanya ada makanan, bukan ilmu kungfu. Setiap kali merasa lelah, makanan adalah hal yang terbayang dalam dirinya. Ia hanya punya satu keyakinan dan tekad bahwa ia adalah pendekar naga!
Nah bisa jadi, tekad dan keyakinan itulah yang membuat Master Oogway yakin dan memilih dirinya untuk dididik menjadi seorang pendekar naga. Walaupun butuh perjuangan yang ekstra bagi Master Shifu untuk mengajarkan kungfu.
Melihat Sisi Yang Lain
Jika saja Master Shifu tidak melihat sisi yang lain dan memaksakan metode pengajarannya kepada Po, maka yakin Po tidak menjadi Pendekar Naga. Semuanya hanya akan berakhir pada keputusasaan antara keduanya, Po tidak berhasil karena capai dan Master Shifu berakhir karena putus asa. Lelah dan berakhir sudah cerita pendidikannya. Beruntungnya, sisi kreatif seorang guru muncul. Master Shifu melihat potensi lain yang bisa dijadikan sebagai pengantar bahan ajar ilmu kungfu lewat makanan.
Yah, makanan menjadi jalan masuk untuk Po belajar ilmu kungfu. Hasilnya secara tanpa sadar Po menguasai beberapa ilmu kungfu. Po juga semakin bisa menguasai dirinya dengan cara memikirkan makanan pada hal yang harus ia kejar, misalnya. Po akhirnya menemukan potensi terbesar dalam dirinya tanpa harus kehilangan hal yang ia sukainya.
Banyak sekali Po di sekitar kita, di dalam kelas-kelas di sekolah sosok seperti Po bisa mewujud dalam bentuk yang beragam tetapi intinya tetap sama. Mereka adalah calon pendekar naga yang harus dilatiha minimal dasar-dasarnya. Selebihnya biarkan mereka berproses sehingga menyadari sendiri siapa dirinya dan apa perannya di muka bumi ini.
Mendidik ragam anak seperti Po membutuhkan kejelian guru untuk mendapatkan celah masuk pada dirinya. Kita tidak bisa memaksakan hanya satu cara belajar untuk semua anak yang kita didik. Jika di kelas ada 20 orang berarti harus ada dua puluh atau bahkan lebih cara mendekati anak untuk belajar sesuai dengan caranya agar efektif. Guru yang kreatif harus mampu menemukan cara-cara kreatif dalam mendidik. Menemukan cara dari anak didik sendiri atau referensi dari guru yang lain untuk mengantarkan proses pembelajaran yang menyenangkan di kelas.   
Cari sisi lainnya untuk mengeluarkan potensi terbesar yang ada dalam diri anak didik. Jangan sama ratakan setiap anak dalam belajar, terlebih jangan buat kompetisi di kelas tetapi bangunlah kolaborasi satu sama lain agar anak menikmati setiap proses belajarnya di kelas. Dengan berkolaborasi satu sama lain maka setiap anak dituntut untuk bisa bekerja sama, anak dituntut untuk bisa berempati dengan temannya, anak dituntut dari dalam dirinya sendiri. Tuntutan yang datang bukan dari luar tetapi harus dari dalam dirinya. Inilah kesadaran belajar yang akan membuat anak mandiri. Kesadaran belajar yang tumbuh dari dalam diri anak. Kesadaran untuk menjadi pembelajar yang merdeka. 
Share:

0 komentar:

Postingan Populer