Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Kota Bandung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kota Bandung. Tampilkan semua postingan

Jumat, September 16, 2016

Kolaborasi Kreatif Menghias Mural di Kota Bandung

Senja (15 Tahun, bukan nama sebenarnya) bergegas memakai sepatu menuju mobil yang akan mengantarkannya ke sekolah. Pagi itu ia sangat bersemangat karena akan menjadi salah satu orang yang terlibat dalam proyek seni di Kota Bandung. Ia akan menjadi bagian dari kelompok relawan menghias mural di kawasan Babakan Siliwangi tepat di jalan Siliwangi. Senja dan teman-temannya sudah berkoordinasi sebelum hari pelaksanaan. Berkoordinasi tentang alat dan bahan, tentang tema, dan tentang segala sesuatu yang harus dipersiapkan agar saat menghias mural semuanya berjalan dengan baik.
Kolaborasi Kreatif Menghias Mural di Kota Bandung (Iden Wildensyah)

Senja adalah salah satu remaja dari sebuah sekolah menengah di Kota Bandung yang ikut serta dalam proyek seni mural. Mural di dinding jalan Siliwangi Kota Bandung merupakan sebuah cerita yang sangat menarik untuk disimak. Tahun 2016 ini, proyek seni mural di jalan Siliwangi dikerjakan secara bersama-sama dengan melibatkan banyak pihak di luar jurusan Seni Rupa ITB. Jika proyek sebelumnya, Seni Rupa ITB sangat dominan dalam menggarap seni mural ini maka tahun ini termasuk yang berbeda dalam tema dan proses pengerjaannya.

Kolaborasi Bukan Kompetisi

Saya selalu teringat bahwa di jaman sekarang sudah bukan lagi waktunya mengembor-gemborkan kompetesi. Alih-alih berkompetisi, para pakar pendidikan dan futurolog di dunia banyak menyarankan untuk memperbanyak kolaborasi. Berkompetisi hanya dengan diri sendiri. Cukup dengan diri sendiri untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Sementara dengan orang lain, darimanapun golongannya, lebih baik membangun kolaborasi. Kolaborasi memungkinkan keselarasan dan keharmonisan. Sementara kompetisi hanya akan membuat kondisi sebaliknya terlebih di tempat yang belum dewasa saat menerima kemenangan atau menghadapi kekalahan.

Kolaborasi bersifat positif dan membangun satu sama lain. Sementara kompetisi hanya akan menghasilkan individu-individu yang egois dan mementingkan kemenangan tanpa memperdulikan orang lain. Berkolaborasi satu sama lain dalam hal apapun menjadi tantangan tersendiri untuk para pegiat pendidikan alternatif. Dalam pendidikan alternatif yang tidak tersekat oleh ruang, semua orang atau kelompok adalah pendidik untuk siapapun yang berinteraksi dengannya. Ketika satu kelompok mampu memberikan pendidikan yang baik untuk kelompok lainnya maka akan terjadi kebaikan yang terus menerus. Dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Tentu saja semua berawal dari individu yang mau terbuka untuk kolaborasi satu sama lain tanpa melihat embel-embel kepentingan dibalik kehadiran individu lainnya.

Jika niat baik untuk membangun sebuah kondisi yang baik, maka kolaborasi kreatif yang dilakukan dalam kegiatan menghias mural di Kota Bandung bisa menjadi stimulan yang baik untuk kolaborasi di tempat-tempat kreatif lainnya. Niat baik untuk menghadirkan kebaikan bagi lingkungan sekitar. Persis seperti niat dan semangat seorang Senja yang begitu antusias menghias mural dari pagi sampai sore.

“Senang kak, senang banget bisa menjadi relawan menghias mural ini. Cape sih tapi tidak apa-apa. Kalau mural sudah selesai, kelihatannya kan jadi indah” Demikian Senja berkata sambil membereskan alat-alat lukis dan cat yang sudah digunakannya sejak pagi tadi. Senja pun mengakhiri kegiatan hari itu di sebuah jalan yang akan ia kenang sampai tua dan menjadi cerita untuk anak-anaknya kelak.
Mural di Jalan Siliwangi (Iden Wildensyah)

Bukan hanya Senja yang merasa senang, kolaborasi kreatif ini juga menjadi ajang berkumpulnya komunitas-komunitas di Kota Bandung. Ada pegiat blogger dan komunitas sepeda yang juga begitu antusias membuat sejarah di Kota Bandung. Para pegiat pendidikan, para pegiat seni, para pecinta kreativitas yang tergabung dalam proyek menghias mural di Kota Bandung ini tentu akan semakin senang ketika kelak sesudah semua dinding terhias dijaga bersama-sama. Proses menjaga ini sepenuhnya diserahkan kepada warga Kota Bandung. Dengan kesadaran penuh untuk saling menjaga satu sama lain, bukan tak mungkin keharmonisan sebagai buah dari kolaborasi kreatif ini akan muncul secara kolektif dalam setiap diri warga yang melihat dan menikmati keindahannya.

Hari sudah sore, Senja dan teman-temannya sudah pulang. Tinggal beberapa kelompok mahasiswa yang masih menyelesaikan beberapa bagian yang belum dituntaskannya. Mereka masih mengayunkan kuasnya, mengambil warna cat sesuai hiasan yang ingin dibuatnya. Kolaborasi kreatif hari pertama ditutup dengan perasaan yang sangat lega.  
Share:

Jumat, Juni 26, 2015

Menikmati Senja di Kota Bandung

Kota Bandung punya banyak cerita menarik yang bisa menjadi kenangan. Sebagai kota di ketinggian 700 Mdpl lebih, jelaslah Kota Bandung termasuk salah satu kota yang memiliki suhu dingin dibanding kota-kota lainnya di Indonesia.  Nama Bandung yang berawal dari nama bendung merupakan kota cekungan. Terdapat di antara banyak gunung-gunung yang mengelilinginya baik itu di selatan maupun di utara. Sejenak kita menuju dataran tinggi misalnya dari arah utara atau dari arah selatan Bandung, maka Kota Bandung akan terilhat seperti mangkuk raksasa. Jika menilik ke belakang mempelajari sejarah Bandung purba, sepertinya sangat rasional jika Bandung adalah sebuah bendungan besar. Dari ketinggian ini, kita bisa coba untuk menikmati senja di kota Bandung.

Senja di Kota Bandung (idenide)
Hikayat Sangkuriang yang hendak membuat bendungan besar untuk menuntaskan keinginan Dayang Sumbi, terlihat pada berbagai bentuk gunung dan nama-nama yang kemudian mendasari cerita Sangkuriang tersebut. Misalnya Gunung Tangkuban Perahu adalah bekas perahu yang akan dijadikan sebagai alat untuk ‘lalayaran’ berdua. Gunung Tangkuban Perahu jika dilihat dari Kota Bandung akan terlihat seperti perahu yang telungkup. Perahu yang tidak jadi alat ‘lalayaran’ ditendang oleh Sangkuriang. Perahu telungkup ini terjadi karena kemarahan Sangkuriang yang gagal menuntaskan inginnya Dayang Sumbi.

Sebelah kiri Gunung Tangkuban Perahu adalah Burangrang. Namanya burangrang yang berarti bekas kayu-kayu yang akan dijadikan bendungan. Kayu-kayu yang berserakan itu kemudian membentuk sebuah gunung yang dinamai Gunung Burangrang. Sekilas kalau dilihat Gunung Burang memang tidak membentuk kerucut gunung yang sempurna. Bandingkan misalnya dengan Gunung Cikuray yang membentuk kerucut. Nah.. Gunung Burangrang memang terlihat seperti bekas tumpukan kayu-kayu. Dari Bandung, kita bisa melihat Gunung Burangrang ini tepat di sebelah kiri Gunung Tangkuban Perahu.

Masih dari Kota Bandung jika melihat ke kanan akan terlihat Gunung Bukit Tunggul. Gunung ini dinamai demikian karena menurut sejarahnya merupakan bekas kayu yang ditebang. ‘Tunggul’ dalam bahasa sunda adalah sisa kayu yang sudah ditebang dan masih tertanam di tanah. Gunung Bukit Tunggul ini adalah tempat mendapatkan kayu untuk membuat bendungan. Kayu-kayu yang ditumpuk di Gunung Burangrang ini berawal dari Gunung Bukit Tunggul.

Ekowisata Bandung
Sebagai bagian dari Parahyangan, bukan saja keelokan kotanya yang orang Belanda bilang sebagai tempat bersemayamnya pada dewa dan diciptakan Tuhan saat tersenyum. Bandung memiliki potensi ekowisata yang sangat menarik. Ekowisata ini tersebar di seluruh pelosok Bandung. Baik itu di Bandung Utara maupun Bandung Selatan. Keindahan alam dan kesejukannya menjadi magnet tersendiri yang bisa menjadi penarik bagi banyak wisatawan untuk mengunjungi daerah-daerah ekowisata.

Sebut saja di utara mulai dari Parongpong, Cisarua, Cikole, Lembang, sampai Gunung Tangkuban Perahu adalah tempat-tempat menarik yang banyak menyedot perhatian wisatawan. Mereka berbondong-bondong mendatangi wilayah untuk merasakan suasana kesejukan alami dan panorama wilayah yang indah. Selain merasakan suasana tetapi juga pengalaman menyenangkan bagi setiap pengunjung.

Kemudian di kawasan selatan Bandung misalnya Pangalengan, Cililin, Ciwidey, sampai Kawah Putih juga merupakan kawasan yang selalu dipadati pengunjung setiap akhir pekan atau hari libur. Tempat-tempat ini juga sama menariknya dengan kawasan di utara Bandung. Kesejukan alamnya, dinginnya dan pengalamannya. Yang membedakan hanya satu, wilayah. Yang satu di utara dan yang satunya di selatan.

Dari dua kawasan wisata di utara dan selatan Bandung saja sudah sangat banyak. Belum lagi jika ditambah dengan timur dan barat. Di timur misalnya sebut saja satu ada Curug Cinulang, kemudian di barat ada kawasan karst Citatah. Kawasan Karst Citatah adalah bukti peninggalan Danau Bandung Purba. Di sini banyak peninggalan-peninggalan yang menarik untuk dikunjungi.

Kawasan ekowisata Bandung lainnya masih banyak. Mulai dari kawasan yang ditata oleh swasta atau pemerintah dengan mengubah bentuk kontur alam yang kemudian dijadikan arena bermain sampai kawasan yang benar-benar alami tanpa intervensi pengelolaan dari luar. Menariknya, kawasan ekowisata ini menjadi daya tarik bagi turis-turis dari luar negeri. Terutama misalnya Kawasan Tangkuban Perahu atau Kawah Putih di Ciwidey.

Senja di Kota Bandung

Menikmati Senja Di Kota Bandung (idenide)
Keindahan senja yang biasanya hanya di dapatkan saat mengunjungi pantai sebenarnya bisa juga dinikmati dari Kota Bandung. Jika udara cerah, melihat saat-saat terakhir matahari tenggelam adalah saat yang menyenangkan. Kota Bandung juga memberikan suasana itu. Misalnya jika kita mengendarai kendaraan sore hari menjelang Maghrib, tepat di Jembatan Pasupati akan terlihat matahari yang akan tenggelam di arah barat. Sinar kemerahan dan oranye di langit sangat indah dipandang.

Sayangnya masih sedikit yang menangkap momen dan kesempatan ini. Mungkin warga Kota Bandung belum menyadari secara utuh salah satu potensi wisatanya. Jika pun ada, menikmati sunset di Kota Bandung memerlukan ketinggian yang memadai. Misalnya dari ketinggian gedung atau ketinggian wilayah seperti dari Kawasan Bandung Utara atau Kawasan Bandung Selatan. Dari utara Bandung terlihat jelas jika cuaca cerah, begitu juga dari arah selatan Kota Bandung.

Dari Kota Bandung sendiri khususnya penyuka senja, bisa sejenak mengunjungi ketinggian gedung kemudian menaiki puncak untuk melihat senja yang menawan. Misalnya masuki saja gedung tinggi sebuah pusat perbelanjaan di Jalan Terusan Pasteur atau sebuah pusat perbelanjaan di Jalan Siliwangi dekat jembatan Pasupati. Setelah berada di ketinggian, rasakan suasana senja yang menawan tersebut.
Yang paling mungkin juga adalah melihat senja di kawasan lapangan terbang di Nurtanio. Sebuah lapangan yang luas memungkinkan kita melihat senja secara utuh. Apalagi jika tepat dengan kedatangan sebuah kapal terbang, kita bisa mendapatkan pengalaman menarik tambahan bumbu menariknya yaitu kapal yang hendak terbang di antara matahari yang akan terbenam. Ini pengalaman yang sangat langka. Hanya terjadi pada saat-saat tertentu dan pengalaman ini tidak bisa ditebak. Saya masih ingat pada saat melewati kawasan ini kemudian melihat kapal yang akan terbang dengan latar belakang matahari yang akan terbenam. Indah nian!

Menangkap Senja

Langkah selanjutnya tentu saja menangkap momen. Peristiwa yang terjadi di alam sangatlah jarang dan langka. Kesempatan yang datang selalu berbeda dengan kesempatan yang datang di hari kemudian. Untuk itu jika kita akan merasakan senja di Kota Bandung, sebaiknya persiapkan diri dengan amunisi dokumentasi yang lengkap. Tanpa harus menggunakan kamera dengan teknologi canggih, dengan sebuah kamera telepon pun sebenarnya kita bisa menangkap momen. Tetapi lebih baik memang menggunakan kamera dengan kapasitas yang baik untuk mendapatkan kesempurnaan dokumentasi.

Baik itu pada saat kita melakukan kunjungan ekowisata di daerah utara atau daerah selatan, maupun saat mengunjungi Kota Bandung dengan segenap momen-momen menariknya. Ingatlah bahwa pengalaman mengunjungi sebuah daerah pada saat pertama kali kita mengunjungi berbeda dengan saat kedua kalinya kita mengunjungi. Biasanya dengan memori sebelumnya atau mungkin perubahan-perubahan yang terjadi. Nah di sinilah kesempatan menangkap pengalaman harus menjadi perhatian.

Kota Bandung yang menarik menyuguhkan banyak pengalaman bagi para pengunjung. Sebagai pengunjung tetaplah kita patut memperhatikan adat istiadat setempat. Misalnya dengan respek pada masyarakat Kota Bandung, tidak membuang sampah sembarang, dan yang paling utama adalah peduli dengan lingkungan. Kepedulian lingkungan ini lebih luas bukan sekedar membuang sampah pada tempatnya. Kepedulian ini mencakup banyak sisi, mulai dari sisi pribadi maupun sisi sosial.

Masyarakat Bandung itu terkenal dengan keramahannya.

Masyarakat Bandung terbuka pada siapa saja yang mengunjungi. Keramahtamahan ini harus menjadi modal dasar untuk menerima setiap pengunjung dengan baik. Di sisi lain, sikap respek pengunjung pada masyarakat akan menimbulkan suasana menyenangkan dan timbal balik yang sama. Nikmati pengalaman menikmati senja di Kota Bandung dengan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan. Jika ini dilakukan, saya yakin pengalaman menarik akan terus terkenang selama anda mengunjungi Kota Bandung.
Share:

Rabu, Januari 28, 2015

Menyaring Informasi

Salah satu kemampuan anak-anak sekolah saat ini adalah menyaring informasi. Di tingkat dasar, anak-anak seminimalmungkin harus terbebas dari gempuran teknologi. Teknologi akan membuat anak-anak cepat terbangun dari tahapan usianya. Anak tercerabut dari keasyikan masa kecilnya.
Gempuran informasi itu hadir lewat teknologi. Dengan kemudahan yang ditawarkan sebuah benda bernama handphone, tablet, dan teknologi lainnya, informasi deras dijejalkan ke kepala anak-anak. Anak-anak bisa kecapean karena informasi yang bersaing masuk tanpa bisa dikendalikan. Hasilnya biasanya muncul dalam bentuk tantrum, cepat marah, stress, dan tak bisa diatur.

Lengkapi kemampuan menyaring informasi agar anak terhindar dari efek negatif internet
Arus informasi bisa disesakan antara informasi yang benar dan informasi yang tak benar. Ada juga informasi yang mendompleng kebenaran sebenarnya mengarah pada hal tak benar. Hoax adalah salah satu contohnya. Tak terkira banyaknya informasi hoax yang dibuat untuk menakut-nakuti pembaca.
Belum lagi virus akal budi atau dikenal dengan meme. Virus akal budi ini semula hanya berupa hiburan tetapi lama-lama secara tak sadar akan membuat bingung antar fakta dan bukan fakta. Antara kebenaran dan bukan kebenaran.

Untuk itu, kemampuan menyaring informasi di era teknologi ini sangat mendesak untuk diketahui banyak orang terutama kepada orangtua dan guru yang selalu berhubungan dengan anak-anak di sekolah. Anak yang mampu menyaring informasi dengan baik akan belajar maksimal di dalam kelasnya. Lebih menikmati saat ia mengikuti kegiatan bersama teman-temannya. Bisa bermain dengan ceria dan selalu segar untuk mencari pengalaman-pengalaman barunya.


Share:

Senin, Januari 26, 2015

Bandar, Tipisnya Batas Fiksi dan Realitas

Saat membaca novel Bandar, saya merasakan tipisnya batas antara fiksi dan nonfiksi, imajinasi dan kenyataan, mimpi dan realitas. Diombang-ambing sedari awal sampai akhir. Disinilah letaknya mengapa saya tahan membaca novel Bandar dibanding novel lainnya. Terbius antara cerita fiksi dengan realitas.

Bandar, menceritakan sosok perempuan dari sebuah kampung yang kemudian melalui proses berat hidupnya membentuk karakter yang tangguh bahkan sampai tua. Prosesnya yang berliku dan penuh kejutan dalam setiap babaknya membuat kita dibawa untuk meresapi sisi terdalam orang-orang yang dianggap gelap dalam kehidupan masyarakat. Profesi-profesi yang bahkan tak ada dalam kamus anak-anak Sekolah Dasar dengan gamblang diceritakan oleh penulisnya dengan baik. 

Gelap, kalau boleh membuat sebuah gambaran suasana novelnya. Kalau disandingkan dengan film, saya membayangkan novel ini adalah film "The Raid". Mencekam dan penuh misteri. Misteri dibuka secara perlahan-lahan dari satu lembar ke lembar lainnya. Inilah yang akan membuat penasaran dan selalu ingin terjaga untuk terus membaca dan membaca sampai akhirnya seperti menemukan puzle untuk melengkapi puzle lainnya. 

Seperti mengurai benang rajut yang kusut sekusut-kusutnya. Ada keasyikan saat kita berhasil mengurainya secara perlahan kemudian menggulung kembali dan merajutnya menjadi sebuah karya. Keasyikan tersebut hadir saat menuntaskan sampai akhir dan menarik kesimpulan dari berbagai fakta yang dihadirkan oleh penulis di novelnya.

Keasyikan lainnya dari novel Bandar yang ditulis Zaky Yamani ini bisa jadi diombang-ambingnya pembaca untuk selalu berada dibatas tipis antara fakta dan fiktif, antara kenyataan dan imajinasi. Sejujurnya saya merasa ada bagian-bagian penting dalam cerita novel tersebut yang memang benar-benar fakta, bukan semata-mata kelihaian imajinasi penulisnya dalam merangkai kata. Misalnya tentang sebuah tempat di Kota Bandung yang menjadi hilir mudiknya penjual dan pembeli barang-barang bekas yang disinyalir berawal dari kisah para bandar narkoba yang berhasil mengambil barang dari pemakai yang tak mampu membayar tunai. Barang elektronik sitaan banyak tersimpan di rumah kemudian secara perlahan di jual ke masyarakat umum dan terbentuklah sebuah pasar barang bekas daripada teronggok percuma. Bayangan saya menebak-nebak tempat seperti itu di Kota Bandung lalu menebak lokasi tempat bandar itu berada seperti yang digambarkan dalam novel tersebut.

Permainan fakta dan fiktif yang menarik ini mirip kisah Harry Potter di stasiun London yang kemudian untuk menuntaskan imajinasi penyuka kisah Harry Potter dihadirkan peron 9 3/4 (dibaca peron sembilan tiga perempat) dengan sebuah trolly yang menempel hendak menembus dinding. Diombang-ambingnya fakta dan fiktif ini juga mirip kisah Moammar Emka dalam novelnya "Jakarta Undercover" yang membuat banyak orang penasaran dengan lokasi dan kisah-kisah orang dalam novelnya. 

Kepenasaran saya tentang sisi fakta dan fiktif ini tidak berhenti sampai cerita novelnya. Sisi penulisnya yang seorang wartawan juga membuat saya semakin terombang-ambing. Sebelumnya saya diberikan sebuah cerita tentang Investigasi kasus pencurian air di Kota Bandung yang melibatkan banyak orang dalam lembaga yang mengurus masalah air oleh penulis yang sama, Zaky Yamani. Dalam benak saya bertanya-tanya, "jangan-jangan ini adalah sebuah liputan investigasi tentang Bandar narkoba?" Atau "Ini pasti hasil liputan tentang dunia malam Kota Bandung saat membaca babak perempuan yang menjual dirinya untuk keperluan anak-anaknya" dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan seputar kisah Bandar.

Terlepas dari pertanyaan yang banyak dan asumsi tentang cerita fiktif atau nyata, imajinasi atau realitas, membaca Bandar adalah sebentuk hiburan yang menyenangkan. Lepaskan semua hal yang mengganggu untuk dibuktikan, novel adalah karya seorang penulis yang perlu kita apresiasi. Ruh penulis lewat rangkaian kata-kata yang dramatis sangat mengasyikan untuk dilahap setiap lembarnya. Ada semacam ekstraksi pengalaman penulis saat melakukan investigasi yang tertuang dalam novel ini untuk menampilkan sisi-sisi lain yang tidak terlihat mata masyarakat umum. Hal-hal yang manusiawi tetapi juga keras. Hal-hal yang menyentuh tetapi juga bergidik. Dan segala macam perasaan yang bercampur aduk setelah menuntaskan seluruh rangkaian ceritanya. Muncul sebuah kesimpulan "Hebat betul ibu ini!?"

Share:

Selasa, Oktober 07, 2014

Kemarau

Panasnya terasa menusuk kulit, rasanya seperti berada di puncak gunung. Siang ini sudah beberapa bulan dilanda kemarau. Kekeringan melanda. Sumur-sumur mengering kalaupun ada, keberadaannya sangat terbatas.

Angin berhembus kencang dari barat ke timur, ada juga yang bilang dari arah tenggara. Tiupannya seperti membawa kabar tentang kepahitan hidup tanpa air. Air yang menjadi sumber kehidupan seperti cepat menguap ke udara. Disertai suhu yang panas dan angin, lengkap sudah rasa gerah menghinggapi tubuh. Dahaga dan haus melengkapi rasa gerah tersebut.

Debu-debu berterbangan kesana kemari dibawa angin. Masuk tenggorokan kemudian tersangkut di antara hidung dan mulut. Gejala flu dan batuk kemudian menjangkiti setiap orang. Debu-debu juga hinggap diberbagai tempat, di rumah, di mobil, diperabotan rumah, dipelataran rumah, dan di segala tempat yang mampu dijangkaunya.

Rumput dan tumbuhan terlihat kering kerontang. Warnanya kuning karena kurang air. Seharus ia bisa berwarna hijau. Sayangnya, air tak cukup membuatnya mengantarkan proses fotosintesis yang utuh setiap hari. Ia korbankan warna hijau dengan mengganti dengan warna kuning, sampai waktu berlimpah air untuk mengembalikan lagi warna hijaunya.

Inilah kemarau. Saat dimana air begitu langka dan berharga. Inilah kemarau, saat manusia harus sadar untuk menjaga lingkungannya. Ini juga kemarau, saat manusia harus bersiap jika suatu saat berlimpah air dan menjadi bencana.

#Tuesday 
Share:

Rabu, November 20, 2013

Hari Berterima Kasih

Cuaca masih belum jelas antara hujan atau tidak hujan. Dua hari yang lalu, hujan lebat menempa Kota Bandung dan kota-kota lainnya di Indonesia. Hujan lebat ini malah berasa tambah berat dengan hadirnya angin. Jadilah kemudian dinamakan hujan angin. 

Tetapi, sudah dua hari ini cuaca sangat bersahabat. Pagi yang hangat, siang yang cerah, dan sore yang kembali menghangat. Berbeda dengan siang, malam udara yang berhembus terasa menjadi sangat dingin. 

Pagi, siang, dan sore, matahari bersinar dengan terang. Membawakan kehangatan tetapi juga kekhawatiran akan datang hujan angin lagi di sore hari. Bersyukur, kehangatan matahari terus berlangsung sampai sore hari. 

Tak biasa memang, November adalah bulan hujan. Saat di mana rasa kerinduan akan hujan yang telah lewat muncul saat hujan turun. November yang cerah ini patut kita rasakan dan syukuri kebaikannya. Tuhan selalu menyisipkan banyak pelajaran untuk direnungkan. Makanya tidak salah jika kita berterima kasih atas November ini. Seiring thankgiving yang hadir di bulan ini juga.

Terima kasih. Sebuah kata penuh makna tentang "kuterima kasihmu dan kuharap bisa membalas kasihmu seperti yang telah engkau berikan kepadaku". Mari berterima kasih!
Terima kasih semesta, selalu ada kebaikan dalam setiap hal yang terjadi. Tuhan selalu bersama orang-orang berani! Berani bersyukur atas semua karunia Tuhan.
Dalam peralihan cuaca, hujan atau tidak hujan selalu ada yang menarik. Lembayung sore salah satunya. Menikmati dua sore yang indah, seperti menikmati keindahan semesta setelah beberapa hari tertutup awan hujan.
Share:

Kamis, November 14, 2013

Warna Warni Angkot

Bandung terkenal kreatif sejak dulu, semua kota juga sebenarnya kreatif. Berhubung saat ini saya penduduk Kota Bandung, ya sudah, Bandung Kreatif! Kreativitas sudah menjadi bagian penting dalam sebuah kehidupan. Dari dahulu kala, manusia menggunakan kreativitasnya untuk bertahan hidup. Lebih dari itu, sekarang kreativitas bukan saja masalah bertahan hidup tetapi sebuah passion, panggilan jiwa, dan hasrat tersendiri untuk hidup.
Jika melihat sekilas di lapangan, angkot hanyalah sebuah moda transportasi begitu saja. Bukan sebagai seni yang menarik. Tetapi jika dilihat dalam bentuk yang bersatu, setiap angkot dengan angkot yang lainnya memiliki keunikan tersendiri. 
Nah, kali saya terinspirasi oleh sebuah foto yang pernah dimuat di harian yang ada di Kota Bandung. Jajaran warna-warni angkot yang begitu indah dan mengesankan. Jangan pikirkan saat 'mengetem' atau menunggu penumpang yang lama serta macetnya, rasakan saja keindahan warna-warni angkot Bandungnya.
Warna warni angkot yang semarak ini akan menjadi sebuah hal menarik jika dibarengi dengan perilaku yang baik dalam berlalu lintas, misalnya tertib saat membawa angkot, tidak 'mengetem', patuh rambu-rambu lalulintas, dll.
Share:

Rabu, November 13, 2013

Key Economics On The Road

Key Economics On The Road disingkat KEOR adalah nama yang baru dan asing di telinga saya, sejenis angkutan darat baru yang ada di Kota Bandung. Sepengetahuan saya, angkutan di darat itu berupa angkutan kota (angkot), angkutan pedesaan (angped), elf, minibus dan bus. Sementara keor, namanya saja unik, mengingatkan saya pada keong yang jalannya lambat. Saya pun punya kesimpulan mungkin keor ini adalah kendaraan yang jalannya lambat seperti keong.
Saya bersyukur punya kesempatan naik kendaraan yang orang menyebutnya keor ketika melakukan perjalanan kampus di Gegerkalong menuju Setrasari. Setelah merasakan langsung naik keor tersebut, semua praduga saya terhadap keor selama ini tiba-tiba saja luntur. Keor bukan keong yang saya duga. Keor adalah Key Economics On The Road
Saya mengetahui apa itu keor, saya berkesimpulan bahwa semua jenis kendaraan yang digunakan untuk berusaha mendapatkan uang adalah keor.
Kini saya sudah tahu serta merasakan langsung naik bajaj, naik andong, naik ojek juga naik rakit. 
Keor, Angkot dan Penumpang
Angkutan Kota
Tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah angkot semakin bertambah, sementara jumlah penumpangnya berkurang. Berkurang karena akses untuk mendapatkan kendaraan motor lebih mudah, dengan Down Payment yang rendah, bunga cicilan rendah, orang lebih mudah mengalihkan pilihan dari pengguna angkot ke pengendara sepeda motor. Alasan lainnya daripada susah naik angkot, udah macet, ngetem, panas pula mending naik motor.
Data yang valid tentang jumlah penurunan penumpang angkot karena motor belum ada, kalau otak skripsi, mungkin saya akan membuat judul ”Pengaruh meningkatnya penjualan sepeda motor terhadap penurunan jumlah penumpang angkot di Kota Bandung”. Analisisnya pasti kuantitatif, menggunakan pendekatan statistika untuk mendapatkan Rasio jumlah motor yang terjual dengan jumlah penumpang angkot.
Ah sudahlah, nanti saya pikirkan kalau ada yang mendanai penelitian. Rasio itu sekarang tidak penting karena isu yang akan saya angkat adalah perilaku penumpang dan angkot itu sendiri. Perilaku angkot dan penumpang maksud saya begini, jika ada angkot berhenti didaerah yang harusnya tidak boleh berhenti karena ada penumpang yang memberhentikan, siapa yang harus disalahkan? Apakah penumpang yang memberhentikan atau angkot?.
Kita masuk melalui celah si penumpang, saya pernah mengalami tetapi saya tidak pernah bertanya pada mereka secara langsung tentang kenapa memberhentikan pada tempat yang salah. Perkiraan saya adalah jarak. Orang sudah merasa serba praktis, naik angkot tinggal naik, turun tinggal turun saja. Jarak menjadi masalah karena jarak menguras energi, daripada kehilangan energi yang bisa menyebabkan badan lemas mending langsung aja stop angkot. Kesampingkan efeknya jika memberhentikan tidak pada tempat yang tepat seperti macet, karena energi harus dihemat.
Kalau angkot alasannya sederhana, ekonomi dan persaingan. Tidak bisa dipungkiri bahwa semakin banyak angkot yang beroperasi itu semakin ketat peta persaingan mendapatkan penumpang. Sangatlah wajar jika ada satu penumpang yang memberhentikan, tidak peduli dimana berhenti, yang penting uang. Akibatnya tetap macet, kalau hanya satu atau dua saja angkot mungkin tidak akan macet, tetapi kalau sudah 10, 20 atau lebih ya macetlah.
Share:

Postingan Populer