Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label PT Freeport Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PT Freeport Indonesia. Tampilkan semua postingan

Minggu, April 10, 2016

Tentang Flotasi Tanpa Merkuri

Grinding, agar ukuran butir mineral dapat seragam sehingga proses akan lebih sukses atau berhasil. Flotasi tanpa merkuri (dok. Iden Wildensyah)
Ada yang membuat kening saya berkerut saat mendengar penjelasan petugas di lokasi pertambangan. Flotasi! Yah, kata itu membuat saya harus mencari tahu lebih banyak. Sekilas saja, saya tahu asal katanya yaitu float. Float adalah mengapung. Dari satu kata dasar itu saya sudah bisa langsung mengerti alur pembahasan tentang metode flotasi yang digunakan untuk memisahkan mineral.
Penasaran lebih lengkap? Inilah pembahasan singkat tentang flotasi yang saya ambil dari berbagai sumber.
Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang berarti mengapung atau mengambang. Flotalasi dapat diartikan sebagai suatu pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan terikat pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan dan membentuk buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut.
Flotasi merupakan suatu cara konsentrasi kimia fisika untuk memisahkan mineral berharga dari yang tidak berharga, dengan mendasarkan atas sifat permukaan mineral yaitu senang tidaknya terhadap udara.
 Flotasi dilakukan dalam media air sehingga terdapat tiga fase, yaitu :
1. Fase padat
2. Fase cair
3. Fase udara
Flotasi adalah suatu pemisahan suatu zat dari zat lainnya
pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari
zat yang akan dipisahkan
 (dok. Iden Wildensyah)

Flotability adalah sifat kimia dari mineral yaitu kekuatan mengapung mineral yang tergantung pada senang tidaknya terhadap udara. Terdapat dua macam jenis mineral, yaitu :
1. Polar, senang pada air (hydrofillic/aerophobic)
2. Non polar, senang pada udara (hydrophobic/aerofillic)
Flotasi dari mineral – mineral umumnya dibagi atas dua bagian yaitu :
flotasi mineral – mineral logam (metallic minerals) umumnya mineral – mineral sulfida.
fotasi mineral – mineral bukan logam ( non metallic minerals ), meliputi logam – logam oksida, silikat, sulfat, karbona, halit dan fosfat , juga felsfar, garnet, muskovit, batu semen, fluosfar dan lain-lain.
Dengan mendasarkan sifat mineral tersebut maka mineral yang satu dengan lainnya dapat dipisahkan dengan gelembung udara.
Mekanisme flotasi didasarkan pada adanya pertikel mineral yang dibasahi (hidropilik) dengan partikel mineral yang tidak dibasahi (hidropobik). Partikel – partikel yang basah tidak mengapung dan cenderung tetap berada dalam fasa air. Di lain pihak partikel – perikel hidropobik (tidak dibasahi) menempel pada gelembung , naik ke permukaan, membentuk buih yang membentuk partikel dan dipisahkan.
Secara garis besarnya pemisahan dengan cara flotasi dilakukan dengan menggunakan 2 tahap : yaitu tahap conditioning dan tahap pengapungan mineral (flotasi). Pada tahap conditioning bertujuan untuk membuat suatu mineral tertentu bersifat hidropobik dan menpertahankan mineral lainnya bersifat hidropilik. Pada tahap conditioning ini ini kedalam pulp dimasukkan beberapa reagen flotasi. Sedangakan pada tahap flotasi atau aerasi adalah tahap pengaliran udara kedalam pulp secara mekanis baik agitasi maupun injeksi udara.

Langkah-langkah Flotasi
Hal yang menarik selama mengunjungi lokasi pertambangan selain penjelasan tentang flotasi, juga langkah-langkahnya. Awalnya gak mudeng dengan setiap penjelasan di ruangan kontrolnya tetapi setelah diajak langsung melihat proses langkah-langkah flotasi tersebut, sedikit demi sedikit jadi tahu tentang proses flotasi ini.
Nah, inilah langkah-langkah flotasi yang dimaksud:
1. Liberasi, analisis pendahuluan
Agar mineral terliberasi maka perlu dilakukan crushing atau grinding yang diteruskan dengan pengayakan atau classifying. Ini dimaksudkan agar ukuran butir mineral dapat seragam sehingga proses akan lebih sukses atau berhasil. Analisis pendahuluan dilakukan dengan menggunakan mikroskop sehingga dapat dilihat derajat liberasinya dan kadar dari mineral tersebut. Diupayakan dalam tahap ini juga dilakukan desliming, sebab slime akan mengganggu proses flotasi.
2. Conditioning
Yaitu membuat suatu pulp agar nantinya pulp tersebut dapat langsung dilakukan flotasi. Preparasi ini sebaiknya disesuaikan dengan liberasi dalam proses basah, maka conditioning juga harus dilakukan pada proses basah.Pada tahap pengkondisian, reagent yang diberikan adalah modifier, collector dan terakhir frother.
3. Proses flotasi
Proses ini ditandai dengan masuknya gelembung udara ke dalam pulp.
I.1.3 Macam sel flotasi
Sel flotasi berfungsi untuk menerima pulp dan dilakukan proses flotasi. Jenis sel mendasarkan atas pemasukan udara, adalah :
1.      Agitation Cell
Alat ini jarang digunakan, sebab adanya perkembangan dengan diketemukannya sub aeration cell. Udara masuk ke dalam cell flotasi karena putaran pengaduk.
2.      Sub Aeration Cell
udara masuk akibat hisapan putaran pengaduk. Alat ini paling praktis sehingga banyak digunakan.
3.      Pneumatic Cell
Alat ini jarang sekali yang menggunakan, udara langsung dihembuskan ke dalam cell
4.      Vacum and Pressure Cell
Udara masuk karena tangki dibuat vakum oleh pompa penghisap dan udara dimasukkan oleh pompa injeksi.
5.      Cascade Cell
Udara masuk karena jatuhnya mineral. Syarat cell adalah :
a. Pulp tidak mengandap (dilengkapi dengan alat agitasi)
b. Ada pengatur tinggi pulp
c. Ada daerah yang relatif tenang sehingga butiran yang menempel gelembung udara mudah naik ke permukaan
d. Konstruksi dibuat sehingga tidak terjadi short circuit
e. Mempunyai resirkulasi dan pengeluaran middling
f. Harus mempunyai penerimaan pulp dan pengeluaran busa yang menumpuk
g. Mempunyai permukaan bebas untuk gelembung-gelembng yang sudah mengandung mineral, sehingga tidak mempengaruhi agitasi
h. Harus dilengkapi dengan pengeluaran froth.

Penutup
Satu hal yang penting dari mengikuti semua tahapan penjelasan dan melihat langsung flotasi ini adalah meyakinkan bahwa proses flotasi ini terbebas dari merkuri. Yah! tidak ada merkuri dalam proses flotasi ini. Semua orang bisa memegang langsung hasil pengolahan tersebut tanpa harus merasa ketakutan efek dari merkuri.

Konsentrat hasil proses flotasi (dok. Iden Wildensyah)


Share:

Kamis, April 07, 2016

Ingin Mengendarai Haul Truck? Coba Dulu Simulatornya

Memasuki ruang simulator kendaraan di Institut Pertambangan Nemangkawi terasa seperti berada di ruang bermain arena ketangkasan di pusat-pusat perbelanjaan. Tak terasa bahwa ruangan itu adalah inkubator pencetak generasi muda Indonesia dan pemuda-pemudi Papua khususnya untuk menjadi seorang teknisi terlatih di bidang pertambangan khususnya operator lapangan.

Semua bidang operasi pertambangan harus dilakukan secara cermat dan seksama. Maka dari itu setiap individu yang akan terjun di lapangan harus terlatih dan terampil dalam bidangnya. Khusus untuk mengoperasikan kendaraan super besar yang bannya setinggi mobil jeep type double cabin atau setinggi rumah satu lantai, harus benar-benar tersertifikasi khusus oleh lembaga independen yang mengurus bidang lisensi mengendarai kendaraan raksasa ini.

Untuk itu, Institut Pertambangan Nemangkawi memfasilitasi para peserta didiknya dengan ragam fasilitas yang memadai agar siap terjun di lapangan dengan baik. Simulator kendaraan berat salah satunya. Yah, simulator ini berbeda untuk tiap jenis kendaraannya. Dump truck tentu berbeda dengan kendaraan penggali, tentu juga berbeda cara mengoperasikannya. Bus, truck, jeep, dan masih banyak lagi jenis kendaraan yang beroperasi di lokasi tambang PT Freeport Indonesia. Simulator ini tentu saja berbeda dengan simulator di kepolisian untuk test saat ingin mendapatkan Surat Ijin Mengemudi.

Bagaimana dengan simulator di arena permainan? Tentu saja beda. Walaupun saat pertama kali melihat berjajar seperti di arena permainan, ini berbeda. Banyak sekali tombol-tombol instruksi yang harus diamati. Lalu lampu indikator yang juga lumayan harus diingat saat mengendarainya. Isyarat yang muncul juga harus benar-benar diperhatikan. Misalnya jenis-jenis gangguan yang bisa muncul tiba-tiba saat mengendarai.

Bunyi alarm? Iya! Ada bunyi peringatan jika kita salah langkah. Bunyi ini untuk mengingatkan banyak hal termasuk yang terpenting adalah bahaya atau kewaspadaan. Rem, ini juga terhitung rumit. Ada tiga jenis rem. Saya lupa satu persatu tapi intinya rem ini pertama jika harus berhenti, menahan kendaraan, dan memberi kesempatan kepada pengendara untuk loncat dari Haul Truck. Tapi jangan khawatir, pedalnya cuma dua yaitu gas dan rem.

Tibalah saat mencoba. Instruktur dari Institut Pertambangan Nemangkawi menjelaskan langkah-langkahnya mulai dari starter, mesin menyala, lalu menjalankannya. Ringan bukan? Teori iya, seperti ringan. Tinggal injak gas untuk maju dan injak rem untuk berhenti. Kenyataan, tiba-tiba ada kendaraan dari belakang mau menyusul dan kita harus menepi. Lalu saat mau berbelok ke kanan misalnya, tiba-tiba ada kendaraan lain dari depan dan harus mendahulukan mereka. Kita harus berhenti menunggu. Atau tiba-tiba ada hujan es, ada hujan salju, tanah jadi licin. Kendaraan Haul Truck tidak bisa dikendalikan. Sudah diinjak rem tapi masih maju, pakai rem tangan masih maju. Lalu rem mesin yang otomatis berhenti menyalakan alarm bahaya. Maka loncatlah secepatnya keluar dari kendaraan raksasa tersebut.

Nah, sekelumit cerita itu menggambarkan betapa mengendarai sebuah kendaraan raksasa Haul Truck itu sangat menantang dan butuh latihan yang terus menerus. Berlatih membuat kita paham segala sesuatu yang berhubungan dengan kendaraan. Berlatih di simulator kendaraan di Institut Pertambangam Nemangakawi sungguh sangat dibutuhkan untuk mereka yang akan terjun di lokasi tambang.

Share:

Kamis, Januari 28, 2016

Hal Menarik Di Lokasi Tambang Bawah Tanah PT Freeport Indonesia Dan Cerita Lainnya

Saya pernah mengunjungi sebuah pertambangan tradisional di sebuah daerah di Selatan Garut. Ketika itu sedang menjamur pertambangan emas rakyat karena ada cerita desas-desus dari satu mulut ke mulut lainnya tentang potensi emas di daerah tersebut. Saya penasaran dengan tambang bawah tanah yang mereka lakukan. Dengan peralatan sederhana kemudian saya memasuki sebuah lubang berdiameter 2 kali dengan pinggir kiri dan kanan diberi konstruksi dari kayu dan bambu agar tanah tidak longsor kemudian menutupi lubang tersebut. Hal tentu berbeda dengan cerita di lokasi tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia.
Di tambang tradisional yang terjadi adalah lutut ditekuk dan pergerakan antara satu penambang dengan penambang lainnya sangat terbatas. Untuk bisa melewati satu sama lain harus menyingkir atau menggeser badannya. Penerangan seadanya dari lampu kepala yang menempel di atas topi para penambang. Napas sesak, untuk yang punya penyakit asma tidak diperbolehkan memasuki areal pertambangan bawah tanah rakyat seperti ini. Fisik harus kuat karena medan yang sangat keras menuntut kesiapan fisik. Termasuk naik dan turun lubang pertambangan yang licin dan berbatu butuh keterampilan khusus.
Berbeda dengan tambang tradisional rakyat yang pernah saya datangi, di kawasan pertambangan bawah tanah PT Freeport Indonesia jauh lebih modern dan tingkat keselamatan yang tinggi membuat saya merasa aman selama memasuki kawasan pertambangan bawah tanah ini. Lebar dan tinggi lubang jauh berbeda dengan tambang bawah tradisional. Jelaslah sangat besar karena harus disesuaikan dengan ukuran mobil pengangkut material tambang. Batuan tambang yang sudah diledakan akan diangkut kemudian ke bagian pengolahan. Truk pengangkut ini bekerja hampir setiap saat.

tambang bawah tanah pt freeport indonesia
Suasana di lokasi tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia (iden wildensyah)
Kalau membayangkan lubang tikus, saya membayangkan sedang berada di lubang tikus raksasa. Jalinan antara satu jalur dengan jalur lainnya begitu rumit. Kalau anda sendirian berada di dalam ruangan bawah tanah tersebut, yakin tak akan bisa keluar dalam waktu satu sampai dua jam. Tapi jangan khawatir, di setiap sudut terpasang kamera pemantau yang siap melihat dan mengawasi segala pergerakan yang ada di bawah tanah. Termasuk pergerakan saya dan teman-teman yang dibawa dengan kendaraan khusus.

Hal menarik di tambang bawah tanah
1. Siang Atau Malam Tak Terasa
Peneranganan di pertambangan bawah tanah dilakukan setiap saat dengan menggunakan energy listrik  Penerangan dilakukan karena pencahayaan dalam tambang bawah tidak tidak ada. Nyaris tidak ada cahaya yang masuk kecuali menjelang mulut gua. Oh iya, energi ini juga menggerakan Kipas angin yang berputar di bagian salah satu lorong sebagai saluran pernapasan agar tidak pengap. Karena pencahayaan yang terus menerus dalam gelap membuat suasana di dalam tambang bawah tanah tidak terasa sebagai siang atau malam. Demikian menurut pengakuan seorang karyawan yang bekerja shift.
2. Masjid
Sebagai bagian dari penyeimbang antara kehidupan dunia dengan kehidupan spiritual, di dalam tambang bawah tanah disediakan masjid yang lumayan besar untuk menampung kebutuhan para pekerja yang hendak menunaikan sholat terutama untuk pekerja yang beragama Islam. Masjid ini bisa jadi masjid terbesar di dalam bawah tanah dan juga di ketinggian. Saat mencoba air wudlu-nya, dingin meresap sampai ke dalam kulit. Terasa menyegarkan dan sangat dingin seperti air dari dalam kulkas. Brrr..
3. Gereja
Selain masjid, di dalam tambang bawah tanah juga disedikan gereja untuk penganut agama Kristen. Saat saya tengok, ketika itu sedang tidak ada aktivitas karena bukan hari minggu, yah saya dating hari senin. Gereja ini seperti gereja-gereja pada umumnya. Sebuah mimbar dan tempat duduk untuk para jemaatnya.

Masjid Di Lokasi Pertambangan
Ada tiga hal yang penting untuk kebaikan manusia di dunia ini. Ketiganya sangat penting karena satu sama berhubungan dan akan menjadi kebaikan untuk manusia itu sendiri. Jika hubungan ketiganya baik, bisa dikatakan sebagai manusia ia memiliki kehidupan yang baik pula. Ketiga hal tersebut adalah hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan adalah hubungan yang harus menjadi utama dalam kehidupan manusia. Hubungan yang mutlak karena jika manusia melupakan salah satu dari ketiganya maka ia akan hidup tanpa keseimbangan. Untuk hidup manusia akan bekerja, dalam pekerjaan ini manusia harus tetap ingat kepada Tuhan. Karena segala sesuatunya bersumber dari Tuhan.
Pentingnya membangun keseimbangan ini dipahami begitu penting oleh PT Freeport Indonesia dengan menyediakan fasilitas yang baik dan mendukung. Di Tembagapura, semua fasilitas untuk membangun kebaikan manusia dibangun dengan baik seperti fasilitas umum, social, dan keagamaan. Demikian juga di lokasi pertambangan saya bersyukur bisa melihat langsung 3 sarana keagamaan yang baik, bersih, dan terjaga.
Setidaknya ada 3 masjid menarik yang saya temui di lokasi pertambangan. Sebenarnya kalau dihitung lebih detail bisa jadi lebih banyak juga. Misalnya ditambahkan dengan masjid di Tembagapura saja jumlahnya bertambah jadi 4.
Inilah masjid-masjid yang berhasil saya rekam dalam catatan ini.
1. Masjid Di Tambang Bawah Tanah
Masjid ini bernama Masjid Ash-Haabul Kahfi yang diambil dari kisah tiga pemuda yang terjebak dalam gua karena diselamatkan oleh Allah SWT dan saat keluar semua sudah berubah. Kisah ini tentang kebaikan kepada orang lain yang dilakukan oleh tiga pemuda kemudian membuat gua terbuka dan mereka bisa kembali bertemu dengan masyarakat di kota tempat tinggalnya. Masjid ini berada di kedalaman tanah di lokasi tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia.
2. Masjid  Di Ketinggian
Masjid di ketinggian ini bisa jadi merupakan masjid tertinggi di Indonesia karena berada di ketinggian lebih dari 2.500 Meter di atas permukaan laut. Namanya masjid Masjid Al-A'raf adalah merupakan masjid tertinggi di Indonesia.
3. Masjid di lokasi pabrik pengolahan mineral
nah satu lagi masjid yang saya temui adalah masjid di lokasi pengolahan mineral. Batuan yang sudah ditambang kemudian dialirkan ke lokasi pengolahan mineral agar berpisah antara mineral yang dibutuhkan dengan mineral sisa tambang yang kemudian menjadi pasir sisa tambang. Masjid di sini namanya masjid At Taqwa.
Masjid Tertinggi di Indonesia (iden wildensyah)
Masjid Tertinggi di Indonesia
Baiklah, salah satu yang menarik untuk saya adalah fakta masjid tertinggi di Indonesia ada di kawasan tambang PT Freeport Indonesia. Masjid Al-A'raf yang terletak sekitar 3.725 meter di atas permukaan laut merupakan masjid yang tertinggi di Indonesia.
Mari kita lihat ketinggian lainnya sebagai pembanding. Pertama pegunungan tertinggi di Indonesia adalah Jaya Wijaya di Papua dengan nama puncaknya puncak Jaya. Puncak Jaya atau Gunung Jaya ialah sebuah gunung yang terdapat di provinsi Papua, Indonesia. Puncak Jaya mempunyai ketinggian setinggi 4.884 mdpl sehingga terdapat salju di puncaknya. Gunung ini terletak di Barisan Sudirman.
Gunung ini dulu pernah bernama Poentjak Soekarno dan merupakan gunung tertinggi kedua di Asia Tenggara (setelah Gunung Kinabalu, Kalimantan). Puncak Jaya adalah salah satu dari Tujuh Puncak Utama dunia". Sementara Gunung Kerinci (3.805 m) di Jambi adalah gunung tertinggi di Sumatra, yang kedua di Indonesia dan gunung berapi tertinggi di Indonesia. Dan Gunung Rinjani (3.726 m) di Lombok merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia.
Dengan data ini, dapat disimpulkan bahwa masjid Al A’raf di ketinggian 3.725 Mdpl bisa dikategorikan sebagai masjid tertinggi di Indonesia sampai saat ini. Kecuali misalnya ada yang membangun masjid di puncak Gunung Kerinci.
Masih ada sebenarnya masjid-masjid yang lainnya tetapi tiga masjid itulah yang menarik perhatian saya. Semoga saja kehadiran masjid-masjid ini semakin meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Jangan sampai banyak masjid tetapi saat adzan berkumandang tak ada aktivitas ibadah seperti fenomena di beberapa kota di Indonesia.
Share:

Selasa, Desember 01, 2015

Fenomena AIDS di Kota Pertambangan

Sisi lain sebuah kota pertambangan adalah denyut kota yang bergairah dari awalnya hanya sebuah wilayah kecil menjadi kota metropolitan yang bergelimang  menawarkan berbagai jenis layanan untuk warganya. Kisah-kisah kemajuan selalu beriringan dengan dampak yang ditimbulkannya. Misalnya hilangnya keanekaragaman hayati di lokasi setempat, tercemarnya air dan tanah serta udara, dan yang tidak kalah menariknya adalah fenomena AIDS di Kota Pertambangan.

Ah, saya katakana saja demikian. Fenomena AIDS di Kota Pertambangan menjadi menarik untuk dilihat sisi-sisi lainnya. Metropolitan terkadang menjadi jahat untuk mereka yang tidak bisa mengendalikan dirinya. Menjamurnya tempat-tempat hiburan bisa menjadi sebuah alternative untuk melepaskan kepenatan selama beraktivitas. Penat karena pekerjaan yang monoton selama berhari-hari kemudian lepas dan bebas dengan sehari  di tempat hiburan. Pekerjaan ini membutuhkan fokus dan konsentrasi tinggi setiap harinya. Kehilangan fokus dan konsentrasi berakibat fatal pada orang atau alat yang sedang bekerja.
Suatu malam di pinggir jalan, Timika, Papua (iden wildensyah)

Fenomena AIDS di Kota Pertambangan bukan hanya isapan jempol belaka. Dalam Laporan Kementerian Kesehatan di bulan Juni 2011 menunjukkan penularan HIV berubah dalam lima tahun terakhir dan ada kecenderungan penularan baru HIV dan AIDS melalui transmisi seksual dengan kelompok terbesar pada pekerja laki-laki, yang kebanyakan bekerja di sektor-sektor pertambangan, perkebunan, perhubungan dan konstruksi yang berlokasi di daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Pekerja di sektor-sektor tersebut umumnya memiliki mobilitas tinggi dan dengan upah yang cukup besar sebagai kompensasi lingkungan yang penuh resiko, namun banyak yang memiliki perilaku seksual berisiko tinggi, seperti membeli pelayanan seks tanpa alat pelindung. Perilaku seks tanpa alat pelindung ini menjadi bagian yang penting dikampanyekan oleh berbagai lembaga yang fokus menangani fenomena AIDS di kota-kota pertambangan. Aturan mengenai penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja sudah dituangkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 68 tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS.

Godaan Uang, Minuman Keras, dan Seks Bebas

Dalam catatan Kompas, di Timika Ibukota Kabupaten Mimika, Papua. HIV/AIDS menjadi wujud nyata kehancuran orang asli Papua. Mereka diguncang oleh modernitas yang bergelimang uang, gemerlapan, dan konsumtif. Sejak tahun 2006, kota yang dibanjiri uang bisnis pendulangan emas tailing PT Freeport Indonesia (PTFI), dan perputaran dana kemitraan PTFI –lazim disebut dana satu persen- itu telah menjadi kota dengan jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi di Papua. Barangkali sebuah kebetulan bahwa kasus pertama HIV/AIDS di Timika ditemukan tahun 1996, tahun dimana pertama kali pengucuran dana satu persen.

Akan tetapi, jika melihat buku laporan jurnalistik kompas ketika melakukan eksepedisi ke tanah Papua, bukan sebuah kebetulan jika dari 1.382 kasus HIV/AIDS yang ditemukan hingga 30 Juni 2007, 884 kasus dialami warga dari ketujuh suku penerima dana satu persen.

Gaya hidup baru yang bergelimang uang, minuman keras, dan seks bebas terus merebak di Timika, tanpa memandang umur. Di Timika, pelajar SMP sekalipun bisa masuk dalam kelompok berisiko HIV/AIDS, karena maraknya seks bebas dan konsumsi seks. Yang lebih mengenaskan banyak orang di luar kelompok risiko yang juga telah menjadi korban. Sejak 1996 sampai saat ini sudah ditemukan sekira 29 bayi dan anak-anak yang terinfeksi HIV. Seluruh bayi dan anak itu terinfeksi saat berada di dalam kandungan.

Demikian hal dengan ibu rumah tangga, sejumlah 305 terinfeksi HIV/AIDS. Satu kasus penularan HIV/AIDS melalui tranfusi darah menunjukan ancaman besar bagi setiap orang di Timika karena HIV/AIDS telah ada di mana-mana. Data dari Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Mimika menunjukan proporsi HIV positif dalam kantung tranfusi darah pada Mei 2007 mencapai 1,44 persen.

Penanggulangan

Fenomena AIDS di kota pertambangan demikian menakutkan tetapi pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi angka yang terinfeksi HIV/AIDS harus terus dilakukan. Dalam beberapa kesempatan, kampanye-kampanye kesehatan dilakukan oleh dinas terkait dan PT Freeport Indonesia. Semua kembali kembali kepada manusianya. Demikian besarnya godaan atas keberlimpahan sumber daya bisa menjadi boomerang jika tidak bisa mengendalikan diri dengan baik.

Sebaik usaha yang dilakukan melalui kampanye-kampanye penanggulangan HIV/AIDS jika tidak ada perubahan dalam diri manusianya pasti hasilnya nihil. Dengan itikad baik untuk mengajak kebaikan, saya yakin kelompok-kelompok spiritual seperti komunitas keagamaan, komunitas sekolah, dan komunitas kemasyarakatan lainnya bisa diandalkan untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di masa-masa yang akan datang.  

Harapan tentu masih ada, dengan bersatu padu antar semua elemen masyarakat dan Negara untuk mencegah kenaikan angka yang terinfeksi bisa dilakukan bersama-sama. Semoga jalinan antara berbagai komunitas lintas sector bisa menjadi harapan untuk generasi yang akan datang. Mengabaikan anak-anak yang terinfeksi adalah kesalahan besar, bagaimanapun mereka adalah penerus bangsa ini. Dengan meraih semua pihak dan melibatkan dalam berbagai kampanye kesadaran tentang risiko HIV/AIDS ini mudah-mudahan fenomena AIDS di kota pertambangan hanya menjadi cerita masa lalu saja. Generasi selanjutnya bisa tersenyum lebih baik dari sekarang.



Share:

Senin, November 30, 2015

Anak Anak Hebat di Asrama Papua

Langit Kota Mimika, di Timika, Papua pagi itu terlihat sangat biru. Warna langit yang jarang saya temukan di kota-kota besar karena tertutupi oleh polusi udara. Melewati kota Mimika, perjalanan kami selanjutnya adalah asrama Papua. Yah, buat saya tak ada yang menggembirakan selain bertemu anak anak hebat. Di sana anak-anak hebat ini yang sedang menimba ilmu di jenjang yang berbeda-beda beraktivitas bersama dalam satu lingkungan pendidikan yang kondusif.

Suasana siang itu sangat sepi, tak ada keriuhan khas anak-anak yang sedang bermain. Jam istirahat siang membuat anak-anak harus berada di kamarnya masing-masing. Mereka memiliki jam rutin yang mengharuskan seimbang antara jam main dan jam istirahat. Ini tentang ritme yang nantinya akan mereka lakukan di kehidupan yang akan datang.

Jam istirahat siang penting untuk anak-anak. Ada banyak catatan penelitian tentang pentingnya tidur siang untuk anak-anak. Katanya, seorang anak yang teratur tidur siang biasanya memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak yang tidak tidur siang.

Selepas jam istirahat, riak-riak keramaian khas anak-anak mulai terasa. Beberapa anak-anak mulai mengambil sepatu, di pojok yang lain beberapa anak sudah mengantri untuk bermain sepeda, di sisi yang lain anak-anak duduk nongkrong sambil bermain gitar dan bernyanyi. Saya tertarik melihat mereka bermain bola. Ada anak yang mengajak main bola, "kak, ayo main bola?". "Ayo, tapi kakak cuma main di belakang yah". Saya tak membayangkan betapa sulitnya bermain bola dengan mereka, bayangan saya bermain dengan 10 orang sekelas kakak Boaz Solosa akan membuat saya kerepotan. Dan nyatanya benar, anak-anak Papua bermain sangat bagus!

Sebut saja Stefanus, sore itu ia memakai jersey real madrid.  Meliuk-liuk di antara temannya kemudian melewati lawannya dan dalam satu hentakan ia tendang keras bola saat ada celah kesempatan untuk mencetak gol. stefanus hanya seorang bintang yang saya highlight sore itu, masih banyak stefanus-stefanus lainnya yang tidak kalah benderang sinarnya. saya hanya bisa menonton di pinggir lapangan. menyaksikan para siswa asrama papua yang menikmati permainan bola sore itu.

Di sisi yang lain, beberapa anak terlihat mengantri untuk bermain sepeda terus bersabar untuk mendapatkan gilirannya. di atur dengan baik oleh pak guru yang dengan sabar dan telaten mendampingi anak-anak. terbiasa  bersabar dan antri adalah pelajaran mendasar untuk anak-anak. sebuah pelajaran yang tidak tercantum dalam kurikulum dan buku pelajaran tetapi sangat penting dalam membangun karakter yang baik dalam diri anak di sekolah.

Anak-anak adalah semangat saya. ada rasa yang berbeda saat seorang anak menyapa. baik saat di sekolah atau di luar sekolah. mereka seolah memiliki energi yang positif buat saya.
Anak anak hebat adalah energi saya dalam beraktivitas. bisa berinteraksi dengan anak-dari setiap daerah yang saya kunjungi menjadi kebahagiaan tersendiri. bisa belajar bersama-sama, bermain bersama-sama, bernyanyi bersama-sama itu sangat indah.

Ceria bersama anak-anak (iden wildensyah)

Pesan damai kami untuk semua (iden wildensyah)
Share:

Kamis, November 26, 2015

Tailing Dulu Lapisan Tanah Baru Kemudian

Jika saja saya tak memegang langsung lapisan tanah di bekas lahan tailing, mungkin saya tak akan percaya. Secara perlahan dengan bantuan manusia di lahan tailing bisa merekondisi kembali ke keadaan semula. Tumbuhnya tanaman pelopor mampu menjadi pembuka untuk tumbuhan lainnya.
Awalnya hanya tumbuhan lunak sejenis rumput-rumputan dan alang-alang tetapi setelah terbentuk lapisan tanah maka tumbuhan yang keras siap menyusul. Daun-daun yang kering jatuh ke bawah semakin lama semakin banyak dan mulailah membentuk serasah. Serasah adalah sisa tanaman yang kering dan terkumpul di bawah pohon. Serasah sangat penting dalam proses hidrologis karena mampu menyimpan air yang turun dari langit. Serasah mampu menahan air larian. Air yang tertahan akan membuat lembab daerah tersebut. Kelembaban tersebut menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan organisme yang akan berguna dalam proses menyuburkan tanah.
Di lokasi reklamasi tailing, lapisan tanah baru itu tampak terlihat jelas saat air danau sedang menyusut. Air di bawah sementara lapisan tanah dengan tailing di bagian atasnya. Ikan-ikan hidup normal di danau yang airnya sedang menyusut. Sementara itu pohon dan tanaman lainnya tumbuh seperti sediakala.
Di bagian lainnya, tanaman palawija berjajar dalam gundukan yang ditutupi oleh plastik. Gundukan itu mengingatkan saya pada tempat-tempat di ketinggian yang biasa dilewati saat mendaki gunung. Tempat sayur mayur di ladang petani seperti di daerah Ciwidey, Lembang, Cikajang, dan lain-lain. Menurut pengelola di lokasi, perlakuan pada tanamannya hampir mirip dengan lokasi di daerah pertanian pada umumnya. Menggunakan pupuk organik dan di beberapa tempat masih tetap menggunakan pupuk kimia karena menanam di pasir sisa tambang berbeda dengan tanah pertanian pada umumnya.
Jenis-jenis tanaman yang tumbuh di lahan tailing ternyata banyak sekali. Saat melihat langsung, tak terlihat ada perbedaan yang signifikan. Nanas tumbuh dengan subur, pepaya berbuah manis, sirih dan ilalang tetap ingin tumbuh di sela-sela nanas dan jagung. Tanaman yang dirawat tersebut saya rasakan hasilnya saat berbincang santai di tempat istirahat.
Demikian halnya dengan keanekaragaman hayati yang lain. Di sudut salah satu lahan reklamasi saya melihat sebentuk taman konservasi kupu-kupu. Di dalamnya berbagai jenis kupu-kupu tampak senang berterbangan dari satu bunga ke bunga lainnya. Warna sayapnya rupa-rupa. Tampak sayang jika dilewatkan begitu saja. Beberapa kupu-kupu diabadikan dengan kamera. Sisanya dibiarkan asyik mengisap sari madu bunga dan ada juga yang asyik terbang kesana kemari. Taman kupu-kupu ini sering dikunjungi anak-anak sekolah di kawasan Mimika yang outing atau fieldtrip ke lokasi MP21.
Kehadiran hewan dalam satu lahan reklamasi bisa menjadi preseden yang baik dalam proses pemulihan lahan. Hewan bisa menjadi indikator sehat atau tidaknya sebuah lingkungan. Beberapa peneliti lingkungan menjadikan hewan sebagai indikator yang mudah untuk menentukan kualitas lingkungan setempat. Kupu-kupu, burung, dan satwa lainnya berperan dalam menyebarkan bibit tanaman secara alami. Semakin luas jangkauan hewan melakukan perjalanan dalam hutan, semakin luas hutan yang akan tumbuh secara alami.
Hutan bisa tumbuh dan berkembang secara kualitas dan kuantitas dipengaruhi juga oleh keadaan tanahnya. Semakin bagus kualitas tanah maka semakin cepat sebaran luas hutannya. Tanah di lokasi reklamasi secara perlahan bertambah banyak seiring banyaknya serasah dari daun-daun yang jatuh. Seyogyanya harapan itu terus ditumbuhkan dan dipelahara agar kelak anak cucu kita masih melihat lebatnya hutan sekalipun dasar tanah awalnya adalah tailing dari bekas pertambangan di hulu.
Share:

Senin, November 23, 2015

Banti, Cerita Kepedulian Kepada Lingkungan dan Masyarakat Lokal

Banti bisa jadi salah satu destinasi menarik untuk anda kunjungi. Letak di bawah Tembagapura. Ketinggiannya berkisar antara 1.000-1.500 mdpl. Cukup dingin untuk ukuran mereka yang terbiasa sehari-hari berada di pantai tapi hangat buat mereka yang sering berada di ketinggian seperti Tembagapura. Banti termasuk salah satu wilayah binaan PT Freeport Indonesia. Semua fasilitas umum dibangun dari dana corporat social responsibility untuk masyarakat setempat seperti jalan, jembatan, gedung sekolah, rumah sakit, pasar, dan lain-lain.
Eksotisme Banti sudah terasa sejak memasuki kawasan desa. Dipinggir jalan tanaman hijau tersebar dengan baik. Sungai mengalir dengan deras. Penduduk berjalan dengan damai di pinggir sambil membawa gendongan yang disangkutkan ke kepalanya. Di beberapa lokasi sungai, tampak para penambang tradisional melakukan aktivitas penambangan menggunakan alat seadanya seperti saringan dan penyedot air sungai. Aktivitas yang mengundang banyak pendatang ke Tembagapura. Terlihat sepanjang jalan banyak sekali pendatang yang mendirikan bangunan semi permanen.
Beberapa warung yang menyediakan kebutuhan sehari-hari tampak mencolok karena warna barang jualannya yang kontras berbeda dengan alam sekitar. Sebut saja barang-barang dari plastik seperti ember, gayung, dan beberapa jenis pakaian. Pendatang ini seolah memeriahkan suasana penambangan di sungai tersebut. Beberapa dosen yang saya kenal sewaktu kuliah dulu pernah bercerita tentang para penambang tradisional ini. Mereka menggunakan air raksa untuk memisahkan mineral emas dari pasir tailing yang ada di sungai tersebut. Sebuah aktivitas yang berbahaya karena menyangkut logam merkuri yang akan mencemari air sungai dan biota lainnya. Terlebih selain biota yang hidup di sekitar sungai tetapi juga manusia.
Selama perjalanan ke Banti, sesekali saya melihat rumah tradisional Papua yaitu Honai tetapi sudah lebih modern karena atapnya menggunakan terpal atau plastik. Dalam Honai yang benar-benar asli, atapnya terbuat dari bahan alami yaitu sirap. Honai yang masih tersisa di Banti, bagian bawahnya tetap menggunakan deretan kayu-kayu yang keras. Sebagian rumahnya sudah ada yang berjenis panggung seperti rumah di pulau Jawa. Honai terselip di antara beberapa bangunan di sepanjang jalan.
Akses jalan ke Banti terbilang sangat mulus untuk ukuran jalan desa. Jembatan berdiri kokoh dilewati setiap hari oleh penduduk yang hilir mudik dari atau ke desanya setiap hari. Jalanan yang mulus ini harus tetap berhati-hati jika menggunakan kendaraan. Babi yang dipelihara oleh masyarakat setempat sering berlalu lalang di jalanan. Babi adalah harta yang paling berharga untuk kebanyak suku di Papua. Saking berharganya, babi dijaga sedemikian rupa agar tidak hilang. Babi juga masuk rumah dan tidur bersama-sama dengan pemiliknya di dalam rumah.
Jika saja seekor babi tertabrak dan mati, harga penggantiannya bisa lebih mahal dari harga kambing di pulau Jawa. Misalnya untuk babi yang baru beberapa bulan lahir saja harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Seorang kawan bercerita bahwa temannya pernah harus mengganti sampai dua juta rupiah untuk seekor babi kecil yang tertabrak kendaraannya. Dengan terpaksa mereka harus merogoh sakunya dalam-dalam karena urusannya berabe jika tidak diselesaikan.
Hal lain yang penting diperhatikan adalah etika dan sopan santun. Kedua hal ini sangat universal dimanapun dan kapanpun kita berada. Memasuki Banti berarti anda memasuki wilayah adat tradisional. Di awal kunjungan saya diingatkan untuk berhati-hati saat berbincang dan memotret. Jangan sampai menjadi masalah hanya karena ketidaktahuan kita. Berbicara dengan penduduk lokal tentu sangat mengasyikan tetapi jika tidak tahu caranya, hal itu akan sangat merugikan kita. Para penduduk di Papua sangat berhati-hati saat berbicara dengan pendatang. Seorang guru di asrama Papua menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena antar satu suku dengan suku lainnya terkadang beda makna pada satu jenis kata. Untuk menghindari perbedaan makna ini, para penduduk lebih banyak terlihat seperti malu-malu saat diajak berbicara. Mereka mengobservasi dulu kita. Setelah terasa nyaman, obrolan akan mengalir. Berbeda dengan mereka yang sudah sering berinteraksi dengan penduduk dari luar, sudah tak sungkan lagi dan sangatlah asyik berteman dengan mereka.
Di Banti, semua akses masyarakat untuk pendidikan dan kesehatan dilakukan dengan gratis. Jika ada warga yang sakit, dokter dan tenaga kesehatan tak segan untuk menjemputnya bahkan sekalipun menggapai pedalaman. Dengan menggunakan helikopter, dokter dan tenaga medis siap melakukan pelayanan ke kampung-kampung. Jika bisa dirawat di rumah sakit Banti, warga yang sakit akan dirawat sebaikmungkin. Kalau ternyata sangat parah dan membutuhkan perawatan yang lebih, pasien akan dibawa ke rumah sakit di Jakarta. Jikapun ternyata di Jakarta terbatas, pasien akan dibawa ke luar negeri (Australia) dengan tetap gratis karena biaya perawatan akan dibayar oleh PT Freeport Indonesia.
Sebuah bentuk pelayanan masyarakat yang totalitas serta bakti untuk negeri yang nyata. Banti hanyalah bagian kecil dari bentuk dukungan perusahaan kepada masyarakat setempat. Bagaimanapun segala sesuatunya harus seimbang. Kepedulian kepada masyarakat sekitar harus terus ditingkatkan. Jangkauan yang lebih luas agar semua masyarakat Papua merasakan nilai dari kehadiran perusahaan harus makin dikembangkan. Jika bukan oleh mereka yang memiliki kepedulian kepada sesama, oleh siapa lagi? Tanggungjawab kemanusiaan adalah yang terpenting. Eksplorasi alam boleh dilakukan selama masyarakat setempat bisa merasakan hasilnya. Mengabaikan masyarakat berarti mengabaikan UUD 1945 bahwa alam beserta isinya digunakan untuk kemakmuran rakyat.
Share:

Sabtu, November 21, 2015

2 Contoh Daur Ulang di Lokasi Pertambangan

Selama perjalanan menuju ketinggian Grasberg, ada peringatan agar semua orang yang akan menuju ketinggian tersebut jangan melakukan kegiatan yang sia-sia karena tipisnya kadar oksigen di Grasberg. Prinsip tidak boleh menyia-nyiakan ini mengingatkan saya pada prinsip daur ulang sampah. Prinsip daur ulang ini seyogyanya harus menjadi perhatian semua pihak yang peduli lingkungan. Mendaur ulang berarti membuat sebuah benda yang tadinya tidak bernilai menjadi bernilai kembali. Jika tidak didaur ulang, maka benda tersebut akan menjadi sekumpulan sampah yang kemudian menjadi beban tanah untuk mengurainya kembali. Untuk sampah plastik, dibutuhkan bahkan sampai ribuan tahun untuk terurai kembali.

Sampah jenis plastik menjadi momok yang menakutkan untuk siapapun yang bergerak dan peduli lingkungan. Secara sadar, kampanye lingkungan untuk mengurangi sampah plastik dilakukan dengan rutin. Menolak kemasan plastik saat berbelanja, diet kantong plastik, dan lain-lain adalah dua bentuk upaya mengurangi plastik.

Di lokasi tambang PT Freeport Indonesia baik di Tembagapura atau di daerah area reklamasi MP 21 (departemen lingkungan), terdapat hal yang menarik dalam proses pengolahan sampahnya. Untuk di lokasi lapangan, mengolah sampah-sampah besar seperti ban bekas adalah keharusan karena membuang begitu saja malah menjadi bumerang bagi lingkungan sekitar. Alternatifnya, ban-ban bekas tersebut dibuat menjadi bangunan penahan longsoran pada beberapa titik.

Nah, inilah dua contoh daur ulang yang dilakukan di site yang menarik buat saya.

1.     Pertama, Ban bekas. Mobil kendaraan operasional di lapangan adalah jenis-jenis mobil besar. Tinggi ban mobil truk pengangkut bisa sampai setinggi orang dewasa bahkan untuk beberapa jenis melebihi tinggi badannya. Di lereng yang curam dan potensi longsornya tinggi, ban ban bekas ini kemudian ditumpuk sedemikian rupa menjadi bangunan penahan longsor. Pada beberapa bagian, sudah ditumbuhi dengan rumput-rumput seperti jenis Deschampsia Klossii. Proses mendaurulang ban bekas ini pada melewati banyak tahapan. Menumpuk kemudian mengurug dengan sisa-sisa batuan tambang yang tidak diambil mineralnya.

Daur Ulang Ban Bekas di Area MP 21 (Iden Wildensyah)
Di area MP 21, ban-ban bekas ini menjelma menjadi bahan penutup pinggir kolam ikan di lahan reklamasi. Deretan ban bekas yang disusun sedemikian rupa membuat kolam menjadi lebih indah. Selain ikan-ikan yang hidup seperti sedia kala. Tidak ada bedanya antara kolam di lahan reklamasi dengan kolam di tempat biasa seperti yang sering kita jumpai di masyarakat sunda.

 Kedua, Minyak Jelantah. Minyak jelantah sisa penggorengan dari makanan yang disediakan untuk para karyawan PT Freeport Indonesia tidak terbuang sia-sia. Minyak ini kemudian diolah menjadi biodiesel yang akan digunakan sebagai sumber bahan bakar kendaraan operasional di lokasi tambang seperti bus untuk mengangkut karyawan dan juga kendaraan operasional lainnya.

Itulah dua contoh proses kepedulian lingkungan di lokasi tambang yang serba terbatas. Terbatas karena lokasinya yang jauh dari jangkauan kota. Keterbatasan ini menjadi motivasi untuk melakukan setiap kegiatan dengan seefektif mungkin. Hal yang terbuang sia-sia akan merugikan siapapun. Termasuk saat menginjakan kaki di ketinggian. Dengan selalu berpikir kreatif untuk memaksimalkan barang yang ada agar kembali bernilai, maka kita sudah melangkah lebih maju daripada membuang hal yang akhirnya akan sia-sia.
Share:

Jumat, November 20, 2015

Pengelolaan dan Pengawasan Ketat di Area Reklamasi

Kegiatan operasional PT Freeport Indonesia menghasilkan dua dampak penting, yaitu penempatan batuan penutup yang dihasilkan dalam pengambilan batuan bijih di Grasberg dan SIRSAT. SIRSAT adalah singkatan dari Pasir Sisa Tambang yang dihasilkan dalam proses pengolahan batuan bijih menjadi konsentrat. Sirsat dihasilkan dalam jumlah yang besar karena hanya 3% dari proses produksi yang menjadi konsentrat yang mengandung tembaga, emas, dan perak. Sementara sisanya 97% dari batuan bijih yang diproses akan menjadi sirsat dan dialirkan ke dataran rendah melalui sungai untuk diendapkan dan dikelola di dataran rendah. Jadi, Sirsat adalah sisa gerusan batuan bijih setelah mineral tembaga, emas, dan perak diambil dalam bentuk konsentrat pada proses pengapungan di pabrik pengolahan.
Suksesi Alami di Lahan Reklamasi PT Freeport Indonesia (Iden Wildensyah)

Sirsat yang diproduksi setelah konsentrat diambil lalu disalurkan melalui sungai Aghawagon pada ketinggian 3.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) menuju dataran rendah. Pada ketinggian 500 mdpl, sungai Aghawagon bertemu dengan sungai Otomona yang kemudian akan mengalirkan ke daerah yang lebih rendah lagi. Setelah itu prosesnya akan diendapkan pada kawasan seluas 23.000 hektar. Daerah ini kemudian disebut sebagai Modified Ajkwa Deposition Area (ModADA). Di kawasan ini, Sirsat dikelola dengan cara membangun tanggul di sebelah timur atau tanggul timur sepanjang 58 Km dan sebelah barat atau tanggul barat sejauh 60 km.
Pengawasan Lingkungan
Ketatnya pengawasan lingkungan untuk meminimalisir dampak dari tailing ini dilakukan oleh PT Freeport Indonesia dengan seksama. Laboratorium lingkungan yang memadai di Mimika selalu melakukan kontrol lingkungan secara rutin setiap hari dari mulai hulu sampai hilir. Pengambilan sampel pada beberapa titik-titik dilakukan setiap hari. Di sungai Ajkwa, sampel itu kemudian diteliti kandungan logam berat dan kandungan lainnya. Kontrol yang ketat ini ini untuk mencegah adanya korban dari limbah tailing yang ada di sungai.
Laboratorium Lingkungan PT Freeport Indonesia (Iden Wildensyah)
Bukan hanya pengambilan sampel pada air dari sungai Ajkwa, para laboran yang bertugas di laboratorium lingkungan yang dibangun secara khusus oleh perusahaan juga tanggap terhadap laporan masyarakat. Misalnya jika mendengar ada ikan-ikan mati di sekitar lokasi pengambilan sampel, maka petugas akan secepat kilat merespon. Setelah sampel diambil, mereka akan lakukan penelitian secara terpadu di laboratorium. Dalam perkembangannya, laboratorium yang sudah mendapat sertifikat dari berbagai lembaga sertifikasi di Indonesia ini terus menerus menambah peralatannya dengan peralatan yang semakin canggih dan akurat. Semua dilakukan untuk melakukan pengawasan yang ketat pada lingkungan agar tidak terjadi dampak yang buruk bagi ekosistem setempat termasuk dampaknya pada manusia.
Pengelolaan SIRSAT
Di pulau Jawa, SIRSAT banyak digunakan untuk berbagai macam kebutuhan konstruksi bangunan. Ketersediaan yang melimpah di Papua seharusnya menjadi potensi yang baik untuk pembangunan konstruksi di pulau tersebut. Misalnya untuk pengeras jalan, campuran adukan beton, dan bahan konstruksi lainnya seperti membuat batu bata. Lahan sirsat di lokasi reklamasi ternyata juga mengalami pemulihan melalui proses suksesi alami primer. Rumput Phragmites Karka merupakan tumbuhan pioneer yang mengawali proses suksesi alami dan sampai saat ini sudah memulai pembentukan hutan sekunder. Keanekaragaman hayati di kawasan reklamasi lahan bekas tailing ini meningkat seiring dengan perkembangan proses suksesi alami. Dari data yang dicatat oleh Departemen Lingkungan berdasarkan studi UNIPA, sebanyak 506 spesies tumbuhan diidentifikasi hadir secara alami dalam kawasan tersebut sehingga mengundang 117 spesies burung, 42 spesies herpeto-fauna, 93 spesies  kupu-kupu dan 10 spesies mamalia.
Nah, dari data tersebut spesies yang tumbuh dan berkembang akan terus bertambah jumlahnya seiring dengan perkembangan proses suksesi alami. Semoga saja perhitungan yang semakin positif tersebut menjadi berita yang menggembirakan untuk pemulihan lahan di tempat lainnya.
Share:

Kamis, November 19, 2015

Jagung Manis Dari Lahan Reklamasi

Cuaca cerah dengan suhu berkisar antara 30 sampai 33 derajat celcius dan langit biru di kota Mimika mengiringi perjalanan kami menuju MP 21. Suhu 30 derajat celcius bisa jadi sangat terasa panas untuk kami yang biasa berada di suhu 25-29 derajat celcius. MP 21 adalah sebutan untuk pusat reklamasi dan keanekaragaman hayati yang dibangun oleh PT Freeport Indonesia. MP 21 adalah departemen khusus yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup. Siang itu, seorang petugas dari MP 21 menerima dengan ramah di ruang tamu. Setelah perkenalan satu persatu, obrolan mengalir ke sana ke mari terutama berhubungan dengan kegiatan operasional. Jagung berwarna kuning serta nanas yang sudah dipotong-potong tersaji di meja. Sementara obrolan terus berlanjut dari satu kegiatan-kegiatan yang lainnya.
Jagung Manis Dari Lahan Reklamasi (iden wildensyah)
Beberapa hal yang menarik di MP 21 antara lain program reklamasi lahan, pengelolaan endapan tailing yang meliputi reforestrasi tanaman kehutanan, kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, penelitian, pendidikan, pengendalian erosi, penunjang fasilitas konservasi, dan pemantauan suksesi alami tumbuhan.
Pendidikan Lingkungan
Semua bidang garapan kerja di MP 21 sangatlah menarik. Sebut saja tentang pendidikan. Pendidikan lingkungan untuk generasi muda adalah hal yang sangat penting. Pendidikan menjadi tulang punggung pembangunan Indonesia, demikian sering dikatakan oleh Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Anies Baswedan. Dengan pendidikan yang baik, maka generasi muda sebagai tonggak penerus estafet negeri ini akan memiliki modal yang baik dalam membangun kelak dikemudian hari.
Di area kerja MP 21, pendidikan lingkungan sering dilakukan kepada anak-anak sekolah di sekitar lokasi di Mimika, Papua. Anak-anak dikenalkan kepada berbagai jenis flora dan fauna endemic Papua yang harus dikenali oleh anak-anak. Sebut saja di lokasi konservasi kupu-kupu, anak-anak bisa melihat langsung berbagai jenis kupu-kupu serta proses menjadi kupu-kupu mulai dari ulat, kepompong, dan akhirnya menjadi kupu-kupu. Pendidikan lingkungan bukan hanya mengenal flora dan fauna saja, pendidikan lingkungan lebih luas dari sekadar melihat hal yang ada di alam ini. Pendidikan lingkungan adalah penyadaran. Nah, harapannya dengan anak-anak melihat langsung keanekaragaman hayati Papua, mereka memiliki jiwa yang peduli dan sadar untuk bertindak ramah lingkungan.
Lebih jauh tentang pertambangan, anak-anak bisa melihat setiap aktivitas pemulihan lingkungan yang dilakukan oleh PT Freeport. Anak mengenal sisi-sisi lainnya tentang pengawasan yang ketat kepada pengendapan tailing di hilir yang bisa dimanfaatkan menjadi berbagai produk konstruksi seperti pasir beton, pengeras jalan raya, dan lain-lain.
Lahan Reklamasi
Di lahan reklamasi selain bisa dimanfaatkan untuk pekerjaan konstruksi, lahan tersebut bisa juga diolah untuk menanam berbagai jenis tanaman yang bisa dikonsumsi. Misalnya untuk menanam cabai, menanam terong, menanam berbagai jenis tanaman khas Papua seperti buah merah. Lapisan tanah di endapan tailing pada waktu tertentu bisa kembali seperti semula. Saya melihat langsung lapisan tanah yang sudah ditumbuhi secara alami oleh tanaman keras dan lunak. Tanaman keras seperti pohon pinus, pohon manga, serta tanaman lunak seperti jenis rumput-rumputan bisa tumbuh dengan baik. Suksesi alami berjalan dengan baik pada saat intervensi manusia tidak terlalu mendominasi. Intervensi manusia seperti pemupukan yang berlebihan, penebangan pohon yang tidak terkendali, dan lain-lain.
Berbagai jenis pohon tumbuh subur di lahan reklamasi PT Freeport Indonesia (iden wildensyah)
Dalam data yang dirilis oleh environmental departement PT Freeport Indonesia, di lahan pertanian di atas tanah tailing sudah berhasil menanam lebih dari 20 tanaman sayuran, padi, dan palawija dengan total lebih dari 70 varietas. Metode yang digunakan terdapat dua jenis yaitu hidroponik dan pertanian konvensional. Hasil pertanian ini dipantau secara ketat dan sistematis termasuk memantau serapan logam yang terkandung dalam tanaman yang akan dikonsumsi nanti. Hasilnya sungguh menarik, pengukuran serapan logam dalam tanaman menunjukan nilai yang memenuhi baku mutu makanan jika mengacu kepada keputusan Dirjen Pom no. 03725/B/SK/B/VII/89.
Acuan ini sebenarnya membuat siapapun yang mengonsumsi makanan dari tanaman yang ditanam di lahan reklamasi tidak perlu merasa khawatir. Ini pula yang membuat kami merasa sangat menikmati siang itu, menikmati suguhan jagung rebus segar yang rasanya manis. Rasa jagung biasanya khas tanpa rasa atau sedikit manis. Untuk jagung siang itu, rasanya manis dan membuat kami tak segan untuk kembali mencicipi jagung yang disuguhkan di depan kami.
Share:

Rabu, November 18, 2015

Malapetaka lingkungan Karena Merkuri

Limbah yang mengandung logam berat merkuri pernah menjadi malapetaka di berbagai tempat di dunia. Inilah beberapa catatan dampak tailing pada lingkungan yang sangat merusak dan dampaknya tidak hanya terjadi pada satu periode saja tetapi bisa sangat panjang dan turun temurun. Beberapa kalangan menilai logam berat yang berbahaya tersebut ada dalam limbah pembuangan pabrik kimia dan juga dalam tailing yang dihasilkan oleh pertambangan tembaga, emas, dan perak. Tailing yang mengandung merkuri dihasilkan oleh perusahaan yang dalam pengolahannya menggunakan air raksa atau logam berat lainnya. Prof Otto Soemarwotto seorang ahli lingkungan dari Universitas Padjadjaran dalam bukunya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan menuliskan beberapa catatan penting tentang kejadian karena merkuri yang menimpa beberapa negara di dunia.

Minamata

Pada akhir tahun 1953 di antara penduduk nelayan dan keluarganya di sekitar Teluk Minamata, Jepang di baratdaya Pulau Kyushu, yang makanan utamanya terdiri atas ikan, terjadilah wabah neurologis yang tidak menular.

Minamata Bay
Para penderita secara progresif mengalami melemahnya otot, hilangnya penglihatan, terganggunya fungsi otak dan kelumpuhan yang dalam banyak hal berakhir dengan koma dan kematian. Penyakit itu belum dikenal oleh dunia kedokteran. Baru pada tahun 1959 atau 6 tahun kemudian dapat ditunjukan, penyakit tersebut disebabkan oleh konsumsi ikan yang tercemar oleh metilmerkuri. Sumber metilmerkuri ialah limbah yang mengandung Hg dari pabrik kimia Chisso Co. yang memproduksi plastik (PVC). Limbah tersebut dibuang ke Teluk Minamata selama beberapa tahun sebelum 1953. Metilmerkuri itu terbentuk dari asetaldehide dan air raksa anorganik yang digunakan sebagai katalisator. Penyakit ini kemudian dikenal dengan nama penyakit Minamata.

Pada tahun 1964-1965 terjadilah ledakan kedua penyakit MInamata di antara penduduk nelayan dan keluarganya yang hidup di sekitar Niigata yang terletak di pantai Laut Jepang di utara Tokyo. Di sini pun ikan merupakan makanan harian para korban. Ikan itu berasal dari laut dan sungai Agano yang mengandung limbah pabrik alat listrik Showa. Ledakan ketiga terjadi pada tahun 1973 di Goshonoura di Pulau Amakusa yang berhadapan dengan Minamata.

Walaupun air raksa di dalam air laut semula rendah, organisme tertentu dapat menimbun air raksa yang diserapnya dari lingkungannya ke dalam tubuhnya. Peristiwa ini disebut bioakumulasi. Kadar tersebut makin lama dapat menjadi makin tinggi dalam rantai makan-memakan dari plankton sampai ke ikan. Dalam ekologi rantai makan-memakan disebut rantai makanan dan masing-masing matarantai disebut tingkat trofik. Rantai makanan berlanjut dengan dimakannya ikan oleh burung, kucing, dan manusia. Dengan demikian kucing dan burung serta manusia yang menempati tingkat trofik dapat menimbun air raksa sampai ke tingkat yang beracun. Karena gejala penyakit Minamata tidak hanya terdapat pada manusia, melainkan juga pada kucing dan burung.

Gandum Tercemar Air Raksa di Irak

Malapetaka selanjutnya yang berkaitan dengan air raksa ini terjadi di Irak. Saat itu Irak menerima benih gandum dari Meksiko yang telah diperlakukan dengan fungisida air raksa, yaitu etilmerkuri p-toluen sulfonanilida. Benih tersebut dimaksudkan untuk ditanam dan bukan untuk dikonsumsi. Akan tetapi penduduk yang melarat telah memakannya, sehingga mengalami keracunan.  Dengan jatuhnya korban pemerintah Irak mengumumkan, siapa pun yang mempunyai benih yang telah diperlakukan itu akan ditindak tegas, bahkan akan dihukum mati.
Pengumuman tersebut membuat petani ketakutan sehingga membuang benih tersebut ke sungai dan danau yang berdekatan. Akibatnya ialah tercemarnya air sungai dan danau yang mengakibatkan peracunan penduduk yang amat luas. Diperkirakan 5.000 sampai 50.000 orang meninggal dan lebih dari 100.000 orang atau bahkan mungkin sampai 500.000 orang telah menjadi cacad seumur hidup.

Pengolahan konsentrat tanpa merkuri

Begitu besarnya dampak karena pencemaran merkuri dari tailing sisa pengolahan mineral tambang, kini sudah banyak perusahaan tambang yang meninggalkan air raksa. Semua pelaku industri dalam pengolahan barang tambang tidak lagi menggunakan merkuri untuk memisahkan mineral yang dibutuhkannya. Selain merugikan lingkungan juga merugikan perusahaan itu sendiri karena proses recovery membutuhkan waktu yang lama.

Penyakit karena merkuri bersifat menurun seperti yang sudah ditulis sebelumnya. Dalam satu rantai makanan ketika satu mata rantai tercemar maka rantai-rantai lainnya akan akan ikut tercemar. Bukan hanya satu atau dua saja korbannya, melihat data dari korban di Irak ternyata bisa sampai 500.000 orang yang menjadi korban karena merkuri ini. Pengawasan yang ketat pada tailing sangatlah dibutuhkan. Reklamasi lahan yang tepat sehingga bisa berfungsi kembali seperti sediakala sangat penting untuk dilakukan. Demikian juga dengan penanganan lingkungan dari mulai hulu sampai hilir mutlak untuk diperlukan.


Dampak sosial terhadap masyarakat lokal setempat harus diperhatikan secara menyeluruh. Semua yang terdampak harus mendapatkan prioritas penanganan yang memadai. Jika tidak dilakukan maka gejolak sosial karena kehadiran perusahaan tambang akan terjadi. Alih-alih tenang melakukan eksplorasi, yang terjadi malah sebaliknya. Kerugian besar yang harus ditanggung oleh perusahaan. Tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah kewajiban yang harus ditunaikan dengan baik.
Share:

Sabtu, November 14, 2015

Edelweis Cantik Di Tengah Kerasnya Dunia Pertambangan

Edelweiss disebut sebagai bunga abadi karena selalu berbunga setiap musim. Tak peduli hujan, kemarau, suhu dingin, dan suhu panas, tumbuhan edelweiss selalu berbunga dengan cantiknya. Sebelum beredarnya larangan memetik bunga edelweis dari puncak-puncak gunung, seorang pecinta alam atau pendaki gunung begitu membanggakan diri dengan bunga abadi ini. Kepemilikan bunga edelweiss seola menasbihkan diri bahwa ia adalah pendaki gunung yang sudah berhasil sampai puncak dan edelweiss adalah buktinya. Karena laju pendakian yang semakin ramai sementara tumbuhan edelweiss hanya segitu-gitunya dikhawatirkan populasi tumbuhan edelweiss berkurang secara signifikan dari waktu ke waktu maka memetik edelweiss menjadi sebuah kegiatan haram yang bisa menyebabkan seorang pecinta alam atau pendaki gunung disanksi jika kedapatan membawa pulang bunga edelweiss.
Edelweis Cantik Di Tengah Kerasnya Dunia Pertambangan (iden wildensyah)
Lain di puncak gunung lain cerita pendaki, di sisi Grasberg yang lainnya tumbuhan edelweiss menjadi bagian dari kegiatan reklamasi lahan yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia. Di lahan Carstenz, tumbuhan edelweiss tumbuh dengan subur. Saat pertama kali menginjakan kaki di ketinggian sekitar 3.800 mdpl tersebut seorang petugas memetik beberapa bunga edelweiss. Spontan saya berkata “eh, kenapa dipetik mas? Itukan bunga edelweiss, gak boleh dipetik begitu saja”. Dengan santainya si mas yang dimaksud menjawab: “Di sini banyak mas, ambil aja. Tuh lihat ke arah sana!” katanya sambil menunjukan ke lokasi lahan tumbuhan edelweiss yang banyak. Benar saja! Saat saya lihat ke arah yang dimaksud, banyak sekali bunga edelweiss yang sedang mekar. Saya tetap tidak berani memetik karena selalu teringat bahwa edelweiss akan tetap indah di tempatnya, bukan dibawa pulang ke rumah kemudian dipajang.
Melihat indahnya bunga edelweiss di lahan reklamasi PT Freeport Indonesia ini mengingatkan saya pada prioritas kelestarian alam yang dituliskan oleh Sony Keraf. Prioritas tersebut adalah nilai keindahan alam. Keindahan alam yang rusak karena aktivitas pertambangan bisa kembali terlihat baik saat dilakukan perencanaan reklamasi dengan baik. Reklamasi yang sangat terperinci dan detail termasuk masalah estetika ini sangat penting untuk dilakukan. Reklamasi tidak asal menanam kembali apalagi mengejar proyek asal jadi seperti proyek-proyek yang dilakukan oleh para koruptor.
Area Reklamasi Carstenz (iden wildensyah)
Reklamasi yang baik untuk memulihkan kondisi lingkungan setempat agar memiliki nilai kembali harus diprioritaskan setiap perusahaan tambang. Menyesuaikan berbagai jenis tanaman dengan kondisi lingkungan yang ada. Setiap lokasi atau lahan yang akan direklamasi tentu harus melewati berbagai tahap studi. Tidak mentang-mentang edelweiss itu sangat cantik kemudian semua lokasi reklamasi ditanami oleh tanaman edelweiss. Alih-alih membuat indah lahan bekas tambang, jika tidak dilakukan perencanaan yang baik akan terlihat sia-sia. Keindahan yang awalnya hendak dicapai malah menjadi bumerang karena tumbuhan menjadi tidak bisa hidup.
Vegetasi tanaman hanya bagian kecil dalam proses reklamasi, masih banyak hal lainnya yang juga penting untuk diperhatikan. Flora dan fauna yang biasa hidup di sekitar lokasi pertambangan harus dilestarikan sedemikian rupa. Bahkan ke satwa kecil atau hewan-hewan kecil yang sangat berguna dalam mendukung kehidupan satwa yang besar. Hewan yang tidak diperhitungkan seperti semut atau serangga-serangga kecil harus bisa kembali lagi ke lokasi.
Lapisan tanah dan batuan yang bisa membuat tanaman hidup tidak bisa bergantung kepada satu pihak saja. Ada perlakuan alami yang biasa terjadi satu hewan dengan hewan lainnya. Saling ketergantungan kemudian membentuk sebuah ekosistem yang baik di lokasi tersebut.
Melihat bunga edelweiss yang indah di tengah kerasnya dunia pertambangan, buat saya seolah menyiratkan pesan tentang masih adanya harapan perbaikan lingkungan dikemudian hari. Butuh kerja keras untuk mereklamasi lahan bekas tambang tetapi bukan sesuatu yang mustahil. Pasti akan selalu ada hal yang menggembirakan selama berusaha memperbaikinya. Semoga saja keindahan edelweiss tersebut menandai keindahan alam di masa yang akan datang.

Share:

Jumat, November 13, 2015

Reklamasi Lahan Yang Menarik di Sisi Grasberg

Rumput hijau yang indah di sisi tebing karst (Iden Wildensyah)
Selama ini banyak orang hanya terfokus melihat penambangan terbuka yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia di Grasberg tetapi tak banyak orang yang melirik aktivitas reklamasi lahan di sisi yang lainnya. Reklamasi di sisi Grasberg juga sangat penting untuk diperhatikan selain aktivitas penambangannya itu sendiri. Penambangan dan reklamasi lahan adalah dua hal yang harus berjalan beriringan. Ketika salah satu aktivitas dilakukan tanpa diikuti dengan aktivitas lainnya, maka ketidakseimbangan ekosistem akan terjadi. Reklamasi ini sangat penting dalam rangka mengembalikan kondisi tanah sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya, maka terhadap lahan bekas pertambangan, selain dilakukan penutupan tambang, juga harus dilakukan pemulihan kawasan bekas pertambangan.
Penambangan terbuka jelas mengubah bentuk dan struktur bumi. Misalnya dari sebuah lahan terbuka dengan banyak sekali vegetasi, ketika terjadi penambangan maka lahan tersebut akan hilang. Vegetasi alami yang awalnya tumbuh di atas lapisan atas akan berubah seiring perubahan pada kontur tanahnya. Perubahan ini bukan tanpa sebab, perubahan lahan ini memang di desain untuk mendapatkan kandungan mineral yang dibutuhkan. Mineral yang ditambang misalnya seperti tembaga, emas, dan perak. Bahan mineral ini kemudian diolah menjadi bahan baku untuk barang-barang yang kita gunakan sehari-hari seperti perangkat alat elektronik, kendaraan, dan kebutuhan lainnya.

Kelestarian Alam dan Reklamasi

Bibit tanaman untuk reklamasi lahan PT Freeport Indonesia (Iden Wildensyah)
Dalam bukunya Etika Lingkungan, Sony Keraf mengatakan bahwa melestarikan warisan alam adalah memberi prioritas pada nilai lain selain nilai ekonomis, nilai keindahan alam, nilai penghormatan akan apa yang diciptakan sendiri dan lebih dari itu, nilai kehidupan itu sendiri.
Reklamasi tambang pada dasarnya adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan kembali kondisi lahan setelah aktivitas penambangan selesai. Aktivitas pertambangan yang melakukan penggalian dan merubah bentang lahan, perubahan iklim mikro hingga ke kondisi fisik lingkungan harus dilakukan usaha memulihkan kembali. Pemulihan ini berguna agar bentang alam yang sudah rusak masih mampu menopang kehidupan di sekitarnya. Baik untuk hewan, tumbuhan, bahkan manusia. Di sisi yang lain industri pertambangan juga menimbulkan dampak positif sebagai sumber devisa negara, pendapatan asli daerah, penciptaan lahan kerja, perubahan ekonomi hingga bertindak sebagai development agen bagi daerahnya. 

Reklamasi Lahan di Grasberg

Luas areal pertambangan terbuka Grasberg berdiameter sekitar 4 km, dengan kedalaman 1 km lebih. Dari Grasberg ini cadangan tembaga, emas, dan peraknya ditambang setiap hari. berdasarkan data produksi bijih (batuan mineral) PT Freeport Indonesia sekitar 220.000-240.000 ton per hari, sekitar 70% datang dari Grasberg.  Grasberg merupakan ikon tambang dunia yang terkenal. Tepat di bagian atas lokasi penambangan Grasberg terdapat sebuah lahan luas yang diperuntukan sebagai tempat budidaya tanaman endemik Papua yang nantinya akan ditanam di lokasi bekas urugan batuan sisa tambang. Lokasinya bernama Nursery Manado Grasberg. Dengan ketinggian lebih dari 3.800 Mdpl, beberapa tanaman khas yang hidup di daerah sub alpine dipelihara setiap hari. Dengan pengawasan yang ketat serta sistematis, beberapa tanaman jenis rumput-rumputan sudah menyebar tumbuh dengan baik di ketinggian Grasberg. Grasberg yang berarti gunung rumput begitu menawan karena kontrasnya warna gunung dinding karst dengan hijaunya daun rumput.
Sebagian polybag menggunakan bahan dari tumbuhan lokal (Iden Wildensyah)
Vegetasi tumbuhan yang dikembangkan di areal pembibitan tersebut antara lain: Deschamsia Klosii, Deschamsia Caespitosa, Rhododendiron spp, dan lain-lain. Tiga bagian yang saya sebut adalah jenis yang ditanam paling banyak. Untuk mereka yang sering naik gunung, beberapa jenis paku-pakuan, serta tanaman yang hanya tumbuh di puncak gunung pasti sudah tak asing lagi saat melihat langsung.
Tanaman-tanaman tersebut dipelihara dan akan menjadi tanaman pelopor di kawasan reklamasi tambang. Tanaman pelopor yang diharapkan menjadi awal untuk mengundang berbagai jenis satwa liar yang biasa hidup di lokasi seperti berbagai jenis burung dan satwa-satwa kecil. Keberadaan satwa ini akan menjadi penyebar alami lewat buah dimakannya kemudian biji yang keluar bersama kotoran hewan tersebut.
Nah, menarik bukan? Buat saya bukan hanya menarik dari sisi pemandangan tetapi dari cara berpikir. Di Grasberg saya melihat cara berpikir yang utuh dan terintergasi saat melakukan eksplorasi alam. Hal ini menjadi penting karena lingkungan itu satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Saat melakukan kegiatan pertambangan, semua aspek lingkungan harus dipikirkan secara bersamaan. Reklamasi lahan di lokasi PT Freeport Indonesia ini bisa menjadi contoh untuk siapapun. Tentang sistemnya, tentang keteraturan, dan tentang pengawasan yang ketat pada segala aspek lingkungan.
Share:

Postingan Populer