Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Timika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Timika. Tampilkan semua postingan

Kamis, April 07, 2016

Ingin Mengendarai Haul Truck? Coba Dulu Simulatornya

Memasuki ruang simulator kendaraan di Institut Pertambangan Nemangkawi terasa seperti berada di ruang bermain arena ketangkasan di pusat-pusat perbelanjaan. Tak terasa bahwa ruangan itu adalah inkubator pencetak generasi muda Indonesia dan pemuda-pemudi Papua khususnya untuk menjadi seorang teknisi terlatih di bidang pertambangan khususnya operator lapangan.

Semua bidang operasi pertambangan harus dilakukan secara cermat dan seksama. Maka dari itu setiap individu yang akan terjun di lapangan harus terlatih dan terampil dalam bidangnya. Khusus untuk mengoperasikan kendaraan super besar yang bannya setinggi mobil jeep type double cabin atau setinggi rumah satu lantai, harus benar-benar tersertifikasi khusus oleh lembaga independen yang mengurus bidang lisensi mengendarai kendaraan raksasa ini.

Untuk itu, Institut Pertambangan Nemangkawi memfasilitasi para peserta didiknya dengan ragam fasilitas yang memadai agar siap terjun di lapangan dengan baik. Simulator kendaraan berat salah satunya. Yah, simulator ini berbeda untuk tiap jenis kendaraannya. Dump truck tentu berbeda dengan kendaraan penggali, tentu juga berbeda cara mengoperasikannya. Bus, truck, jeep, dan masih banyak lagi jenis kendaraan yang beroperasi di lokasi tambang PT Freeport Indonesia. Simulator ini tentu saja berbeda dengan simulator di kepolisian untuk test saat ingin mendapatkan Surat Ijin Mengemudi.

Bagaimana dengan simulator di arena permainan? Tentu saja beda. Walaupun saat pertama kali melihat berjajar seperti di arena permainan, ini berbeda. Banyak sekali tombol-tombol instruksi yang harus diamati. Lalu lampu indikator yang juga lumayan harus diingat saat mengendarainya. Isyarat yang muncul juga harus benar-benar diperhatikan. Misalnya jenis-jenis gangguan yang bisa muncul tiba-tiba saat mengendarai.

Bunyi alarm? Iya! Ada bunyi peringatan jika kita salah langkah. Bunyi ini untuk mengingatkan banyak hal termasuk yang terpenting adalah bahaya atau kewaspadaan. Rem, ini juga terhitung rumit. Ada tiga jenis rem. Saya lupa satu persatu tapi intinya rem ini pertama jika harus berhenti, menahan kendaraan, dan memberi kesempatan kepada pengendara untuk loncat dari Haul Truck. Tapi jangan khawatir, pedalnya cuma dua yaitu gas dan rem.

Tibalah saat mencoba. Instruktur dari Institut Pertambangan Nemangkawi menjelaskan langkah-langkahnya mulai dari starter, mesin menyala, lalu menjalankannya. Ringan bukan? Teori iya, seperti ringan. Tinggal injak gas untuk maju dan injak rem untuk berhenti. Kenyataan, tiba-tiba ada kendaraan dari belakang mau menyusul dan kita harus menepi. Lalu saat mau berbelok ke kanan misalnya, tiba-tiba ada kendaraan lain dari depan dan harus mendahulukan mereka. Kita harus berhenti menunggu. Atau tiba-tiba ada hujan es, ada hujan salju, tanah jadi licin. Kendaraan Haul Truck tidak bisa dikendalikan. Sudah diinjak rem tapi masih maju, pakai rem tangan masih maju. Lalu rem mesin yang otomatis berhenti menyalakan alarm bahaya. Maka loncatlah secepatnya keluar dari kendaraan raksasa tersebut.

Nah, sekelumit cerita itu menggambarkan betapa mengendarai sebuah kendaraan raksasa Haul Truck itu sangat menantang dan butuh latihan yang terus menerus. Berlatih membuat kita paham segala sesuatu yang berhubungan dengan kendaraan. Berlatih di simulator kendaraan di Institut Pertambangam Nemangakawi sungguh sangat dibutuhkan untuk mereka yang akan terjun di lokasi tambang.

Share:

Selasa, Maret 22, 2016

Waanal Coffee Sebuah Hal Menarik di Timika

Waanal Coffee (iden wildensyah)
Matahari sudah terbenam beberapa menit yang lalu, di luar sudah tampak gelap. Beberapa tempat terang benderang oleh cahaya listrik. Malam di Timika, Papua sudah terasa. Suara binatang malam membunyikan kekhasan malam. Berbeda dengan kesunyian kampung, di kota Timika berdenyut seperti halnya kota-kota di Indonesia.
Di tengah gemerlap malam kota Timika ini ada sebuah kafe yang menawarkan kehangatan malam dalam secangkir kopi panas. Namanya Waanal Coffee. Terletak di sebuah ruko yang sekilas tidak terlihat ada kehidupan. Di bagian bawah terdapat sebuah bengkel kendaraan bermotor dan tepat di bagian atasnya berdiri Waanal Coffee. Tempat gaul yang sangat menarik di Kota Timika.
Interior ruangan yang sangat menarik, paduan warna klasik dengan suasana kafe sungguh membuat hangat ruangan. Demikian juga dengan tambahan ornament dan pernak-pernik menarik di dinding kafe membuat kafe ini terasa berbeda.
Ornamen di dinding kafe (iden wildensyah)
Kopi, yah, jangan ditanyakan rasanya. Berbagai jenis kopi ditawarkan di sini untuk memanjakan para pengunjung. Untuk penikmat kopi, banyak sekali pilihan kopi yang bisa diseduh. Seperti espresso, kopi tubruk, maciato, dan masih banyak lagi.
Buat anda yang suka travelling, jangan lewatkan kafe ini dari list kunjungan anda ke Timika.
Hmmm... yah everyday is a good day for coffee! Mari kita ngopi!

Despresso! (iden wildensyah)

Share:

Kamis, Desember 03, 2015

Langit Biru Timika

Melihat langit biru Timika mengingatkan saya pada kota kelahiran saya dahulu di sebuah pesisir selatan Jawa Barat. Langit biru yang bersih dengan awan putih bergumul begitu indah. Awan-awan yang ketika kecil membayangkan berbagai rupa bentuk sesuai imajinasi. Yah, langit biru Timika membawa saya pada imajinasi kecil tentang banyak hal. Imajinasi tentang sebuah kota yang indah tanpa polusi dan begitu indahnya perhatian-perhatian kecil pada alam yang sedang terjadi. Perhatian yang hilang seiring kedewasaan kita.

Langit Biru Timika, Papua (iden wildensyah)
Ah, langit biru Timika siang itu benar-benar membuai saya pada banyak hal yang terjadi di masa lalu. Langit biru awan putih membawa kenangan indahnya masa kecil. Bukan hanya itu saja, langit biru Timika ini menunjukan betapa bersih dan sehatnya udara di sekitar Timika. Bersih karena polusi udara yang tidak terjadi sehingga awan leluasa bergerak membawa butir-butir air hujan. Langit menjadi bersih karena tak terhalangi oleh debu pekat polusi udara. Polusi udara karena pembakaran bahan bakar fosil dari banyaknya kendaraan yang beredar di jalanan kota. Kemacetan yang luar biasa terjadi setiap pagi dan sore bahkan kini berubah menjadi hampir tiap waktu membuat kadar karbonmonoksida yang keluar dari knalpot kendaraan meningkat tajam. Berkumpul di udara maka jadilah langit biru tertutupi oleh polusi udara.

Masih ingat betul ketika pertama kali berkenalan dengan dunia kesukarelawanan di sebuah lembaga lingkungan di Kota Bandung. Saat itu kegiatan koordinasi banyak dilakukan di daerah dengan ketinggian yang relative lumayan tinggi dibandingkan Kota Bandungnya. Alhasil setiap pagi dan sore kita bisa melihat perubahan awan yang menggelayut di atas cekungan Kota Bandung. Saat pagi hari, awan terlihat putih bersih namun berubah ketika hari menjelang sore. Awan yang tadinya putih kemudian berubah menjadi berwarna kotor seperti hitam. Persis seperti melihat jelaga yang menempel di atas awan.


Langit biru Timika harus tetap terjaga agar kehidupan di sana semakin baik tanpa polusi udara. Keindahan langit biru jangan sampai hilang dan baru terasa pentingnya setelah kehilangan momentum birunya langit tersebut. Jangan sampai anak-anak kecil kelak yang menjadi generasi penerus di Timika kehilangan kesempatan melihat langit biru yang aduhai indahnya. 
Share:

Rabu, Desember 02, 2015

Tembagapura, Eksotisme Kota di Ketinggian

Kabut yang turun sore hari seiring rintik-rintik hujan membuat suasana pegunungan semakin terasa. Kepulan uap yang keluar dari mulut saat menghembuskan nafas semakin meyakinkan tingginya permukaan tanah yang diinjak. Untuk para pendaki gunung, suasana tersebut sangat dirindukan. Berada di ketinggian gunung dengan cuaca yang dingin, mendirikan tenda, bakar api unggun, dan menghabis semalam suntuk di depan perapian sambil kongres kalau kata orang-orang di kampus saya. Kongres adalah ngawangkong teu beres-beres (ngobrol tak beres-beres). Dari satu topic pembicaraan ke pembicaraan yang lain. Suasana yang sangat akrab dan hangat antara satu sama lain. Tembagapura, sebuah eksotisme kota di ketinggian mengembalikan memori saya tentang kongres tersebut. Menjelang malam, suhu semakin dingin tetapi suasana semakin hangat dengan berbagai obrolan.

Tembagapura, eksotisme kota di ketinggian (iden wildensyah)
Suhu yang kurang dari 20 derajat celcius sebenarnya bukan suhu yang baru dan aneh buat saya. Sehari-hari berada di kota dengan ketinggian 800-850 meter di atas permukaan laut (mdpl) tak membuat saya cepat merasa dingin. Tembagapura sendiri berada di ketinggian 1.800-an memang lebih dingin. Untuk mereka yang sehari-hari berada di dataran rendah seperti dekat dengan permukaan laut, suhu 20 derajat celcius pasti terasa dingin.

Eksotisme kota di ketinggian ini semakin terasa jika kita keluar sebentar dari Tembagapura, naik ke ketinggian untuk meninjau lebih luas Tembagapura ini. Berada tepat di lembah, diapit oleh pegunungan yang menjulang tinggi. Di sisi tebing-tebingnya mengalir puluhan air terjun yang indah sekali. Saat cuaca cerah di pagi atau siang hari sebelum turun kabut, kita bisa melihat begitu banyak air terjun yang keluar dari balik gunung. Berwarna putih yang mencolok sementara latar gunung yang berwarna kehitaman semakin menambah indahnya sebuah kota di ketinggian tersebut.

Hal-hal yang menarik di kota ketinggian

Lalu apa saja hal-hal yang menarik selain eksotisme kota di ketinggian tersebut? Inilah beberapa catatan yang terekam dalam memori saat mengunjunginya.

1. Fasilitas Yang Memadai
Lapangan bola di Tembagapura (iden wildensyah)
Tembagapura dibangun oleh PT Freeport Indonesia sebagai sarana pendukung untuk karyawan yang bekerja di sana. Berbagai sarana yang memadai disediakan karena kepentingan bermasyarakat adalah kebutuhan yang utama. Fasilitas seperti sekolah, rumah sakit, sarana ibadah, sarana olahraga, dan fasilitas umum lainnya seperti pasar swalayan, kafe, dan perumahan, tersedia di Tembagapura untuk karyawan. Lapangan bola di atas ketinggian pernah digunakan timnas Indonesia untuk berlatih menghadapi SEA Games di bawah kepelatihan Indera Sjafri. Membawa pasukan U19 berlatih di lapangan sepakbola Tembagapura untuk penyesuaian para pemainnya sebelum bertanding di daerah yang memiliki suhu rendah.

2. Kedisiplinan Warga
Jangan berharap melihat sampah berserakan begitu saja di Tembagapura atau melihat orang tidak tertib saat mengantri di dapur umum, semuanya begitu teratur dan disiplin. Kedisiplinan ini misalnya pada jadwal bus yang akan datang dan pergi. Bus selalu datang dan pergi dengan tepat waktu. Penduduk yang menunggu di tiap halte tidak perlu khawatir dengan kedatangan bus. Dijamin tepat waktu. Jika ada perubahan paling Cuma 5 sampai 10 menit itu juga karena factor alam yang tidak bisa diduga sebelumnya. Kedisiplinan warga terlihat juga dari menyeberang jalan, sekalipun tidak ada kendaraan yang lewat, para warga yang melintasi jalan selalu menggunakan jalur khusus. Saat berjalan di pinggir jalan, warga selalu menggunakan trotoar. Jarang sekali saya melihat pejalan kaki yang tidak menggunakan trotoar.

3. Lisensi Khusus Para Pengendara
Parkir kendaraan di tembagapura (iden wildensyah)
Anda bisa mengendarai kendaraan di jalanan Jakarta belum tentu bisa menggunakan kendaraan di Tembagapura. Seorang teman di Tembagapura bercerita bahwa iapun berkali-kali mengikuti ujian untuk mendapatkan lisensi dari otoritas setempat. Lisensi mengendarai di ketinggian berbeda dengan lisensi mengendarai di dataran rendah. Setiap jenis mobil yang beredar di Tembagapura memiliki tingkat ujian yang berbeda. Ketatnya pengaturan lisensi ini sangatlah wajar. Dengan safety procedure di pertambangan yang begitu ketat tentu mempengaruhi ketatnya peraturan di semua lini. Ini adalah tentang keamanan yang menyangkut semua. Artinya peraturan yang ketat dibuat dirasakan oleh semua warga sebagai keharusan karena menyangkut keamanan bukan saja untuk dirinya tetapi juga keamanan untuk orang lain. Menyangkut keamanan ini, ada kode khusus yang unik saat berada di Tembagapura, pengemudi akan membunyikan klakson dua kali saat akan maju dan tiga kali saat akan memundurkan kendaraannya. Teman saya bercerita kebiasaan ini pernah menjadi kelucuan tersendiri saat ia mengendarai di luar Tembagapura, selalu membunyikan klakson yang sekalipun tidak berada di Tembagapura atau Timika.

4. Pejalan Kaki lewat, mobil berhenti
Ini menarik buat saya karena pejalan kaki dihormati begitu besar oleh pengendara mobil. Bayangkan jika sikap ini juga terjadi di masyarakat Indonesia secara umum, pasti tidak akan terjadi kecelakaan tertabraknya pejalan kaki oleh pengendara. Masalahnya bukan pada berhenti atau tidaknya mobil saat melihat ada pejalan kaki yang akan melintasi jalan tetapi pada sikap hormatnya seorang pengendara kepada pejalan kaki. Ini yang penting buat saya! Penting dicatat untuk kita semua. Menghormati orang lain yang sedang berjalan kaki itu sangat utama.  

Menarik bukan? Yah, inilah yang membuat Tembagapura memiliki keunikan tersendiri dari kota-kota lain pernah saya datangi. Inilah eksotisme kota di ketingggian yang menarik untuk dikunjungi (kembali)!
Share:

Selasa, Desember 01, 2015

Fenomena AIDS di Kota Pertambangan

Sisi lain sebuah kota pertambangan adalah denyut kota yang bergairah dari awalnya hanya sebuah wilayah kecil menjadi kota metropolitan yang bergelimang  menawarkan berbagai jenis layanan untuk warganya. Kisah-kisah kemajuan selalu beriringan dengan dampak yang ditimbulkannya. Misalnya hilangnya keanekaragaman hayati di lokasi setempat, tercemarnya air dan tanah serta udara, dan yang tidak kalah menariknya adalah fenomena AIDS di Kota Pertambangan.

Ah, saya katakana saja demikian. Fenomena AIDS di Kota Pertambangan menjadi menarik untuk dilihat sisi-sisi lainnya. Metropolitan terkadang menjadi jahat untuk mereka yang tidak bisa mengendalikan dirinya. Menjamurnya tempat-tempat hiburan bisa menjadi sebuah alternative untuk melepaskan kepenatan selama beraktivitas. Penat karena pekerjaan yang monoton selama berhari-hari kemudian lepas dan bebas dengan sehari  di tempat hiburan. Pekerjaan ini membutuhkan fokus dan konsentrasi tinggi setiap harinya. Kehilangan fokus dan konsentrasi berakibat fatal pada orang atau alat yang sedang bekerja.
Suatu malam di pinggir jalan, Timika, Papua (iden wildensyah)

Fenomena AIDS di Kota Pertambangan bukan hanya isapan jempol belaka. Dalam Laporan Kementerian Kesehatan di bulan Juni 2011 menunjukkan penularan HIV berubah dalam lima tahun terakhir dan ada kecenderungan penularan baru HIV dan AIDS melalui transmisi seksual dengan kelompok terbesar pada pekerja laki-laki, yang kebanyakan bekerja di sektor-sektor pertambangan, perkebunan, perhubungan dan konstruksi yang berlokasi di daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Pekerja di sektor-sektor tersebut umumnya memiliki mobilitas tinggi dan dengan upah yang cukup besar sebagai kompensasi lingkungan yang penuh resiko, namun banyak yang memiliki perilaku seksual berisiko tinggi, seperti membeli pelayanan seks tanpa alat pelindung. Perilaku seks tanpa alat pelindung ini menjadi bagian yang penting dikampanyekan oleh berbagai lembaga yang fokus menangani fenomena AIDS di kota-kota pertambangan. Aturan mengenai penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja sudah dituangkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 68 tahun 2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS.

Godaan Uang, Minuman Keras, dan Seks Bebas

Dalam catatan Kompas, di Timika Ibukota Kabupaten Mimika, Papua. HIV/AIDS menjadi wujud nyata kehancuran orang asli Papua. Mereka diguncang oleh modernitas yang bergelimang uang, gemerlapan, dan konsumtif. Sejak tahun 2006, kota yang dibanjiri uang bisnis pendulangan emas tailing PT Freeport Indonesia (PTFI), dan perputaran dana kemitraan PTFI –lazim disebut dana satu persen- itu telah menjadi kota dengan jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi di Papua. Barangkali sebuah kebetulan bahwa kasus pertama HIV/AIDS di Timika ditemukan tahun 1996, tahun dimana pertama kali pengucuran dana satu persen.

Akan tetapi, jika melihat buku laporan jurnalistik kompas ketika melakukan eksepedisi ke tanah Papua, bukan sebuah kebetulan jika dari 1.382 kasus HIV/AIDS yang ditemukan hingga 30 Juni 2007, 884 kasus dialami warga dari ketujuh suku penerima dana satu persen.

Gaya hidup baru yang bergelimang uang, minuman keras, dan seks bebas terus merebak di Timika, tanpa memandang umur. Di Timika, pelajar SMP sekalipun bisa masuk dalam kelompok berisiko HIV/AIDS, karena maraknya seks bebas dan konsumsi seks. Yang lebih mengenaskan banyak orang di luar kelompok risiko yang juga telah menjadi korban. Sejak 1996 sampai saat ini sudah ditemukan sekira 29 bayi dan anak-anak yang terinfeksi HIV. Seluruh bayi dan anak itu terinfeksi saat berada di dalam kandungan.

Demikian hal dengan ibu rumah tangga, sejumlah 305 terinfeksi HIV/AIDS. Satu kasus penularan HIV/AIDS melalui tranfusi darah menunjukan ancaman besar bagi setiap orang di Timika karena HIV/AIDS telah ada di mana-mana. Data dari Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Mimika menunjukan proporsi HIV positif dalam kantung tranfusi darah pada Mei 2007 mencapai 1,44 persen.

Penanggulangan

Fenomena AIDS di kota pertambangan demikian menakutkan tetapi pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi angka yang terinfeksi HIV/AIDS harus terus dilakukan. Dalam beberapa kesempatan, kampanye-kampanye kesehatan dilakukan oleh dinas terkait dan PT Freeport Indonesia. Semua kembali kembali kepada manusianya. Demikian besarnya godaan atas keberlimpahan sumber daya bisa menjadi boomerang jika tidak bisa mengendalikan diri dengan baik.

Sebaik usaha yang dilakukan melalui kampanye-kampanye penanggulangan HIV/AIDS jika tidak ada perubahan dalam diri manusianya pasti hasilnya nihil. Dengan itikad baik untuk mengajak kebaikan, saya yakin kelompok-kelompok spiritual seperti komunitas keagamaan, komunitas sekolah, dan komunitas kemasyarakatan lainnya bisa diandalkan untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di masa-masa yang akan datang.  

Harapan tentu masih ada, dengan bersatu padu antar semua elemen masyarakat dan Negara untuk mencegah kenaikan angka yang terinfeksi bisa dilakukan bersama-sama. Semoga jalinan antara berbagai komunitas lintas sector bisa menjadi harapan untuk generasi yang akan datang. Mengabaikan anak-anak yang terinfeksi adalah kesalahan besar, bagaimanapun mereka adalah penerus bangsa ini. Dengan meraih semua pihak dan melibatkan dalam berbagai kampanye kesadaran tentang risiko HIV/AIDS ini mudah-mudahan fenomena AIDS di kota pertambangan hanya menjadi cerita masa lalu saja. Generasi selanjutnya bisa tersenyum lebih baik dari sekarang.



Share:

Postingan Populer